Monday, November 14, 2016

Moca Si Pangeran Tupai
Di sebuah hutan belantara, begitu lebat, pepohonan tinggi. Di huni oleh beberapa jenis hewan. Hewan yang hidup sejahtera, seekor Tupai kecil  sangat piwai berlari cepat. Tupai itu bernama Moca dia begitu cerdik sesekali ia berbalik seperti ada yang mengikutinya.
Tanpa ia sadari seekor Tikus berada di depan membuat ia kaget. Tikus itu bernama Opan. Tikus bertubuh kecil, memiliki kebisaan membuat onar, menjahili Moca serta hewan lain.
“ argggghhh  “ mengepal kedua tangan dekat dagu, tikus itu berdiri di hadapan Tupai “ hai ... maaf aku mengagetkanmu “ sapa Tikus itu dengan membentangkan kedua tangan ke atas “ dengan wajah kesal, mengeluarkan angin dari dalam hidung lalu berjalan pelan mendekati tikus itu.
“ Moca ... sabar jangan marah, ada kabar baik untukmu “ Tikus itu berjalan mundur sambil mengangkat kedua tangan “ kabar apa ? “ jalanku terhenti, berubah sikap pada Opan “ hmmmm kabar tentang upacara Suku di Kerajaan Altar “. Aku dan Opan berjalan menuju ke tempat Kerjaan Altar tersebut.
Berjalan menyusuri hutan belantara, tanjakan bebatuan kecil, perjalanan cukup jauh. Opan mulai lelah “ Moca kita istirahat, aku capek nih “ Opan menyandarkan jemari tangan pada pohon. Tikus kecil mengeluarkan keringat kemudian ia duduk kembali menyandarkan badan ke pohon.
Perjalanan terhenti, beberapa saat kemudian aku melihat dari kejauhan ada seekor Elang  menghampiri kami, tepat di hadapan kami ia mendarat menghempaskan kedua sayap “ hai ... Moca sedang apa kamu di sini “ tanya Elang “ aku disini sedang istirahat setelah menempuh perjalanan cukup jauh “ berjalan pelan “ apa kamu sudah mengetahui tentang upacara Suku di Kerajaan Altar “.“ iya aku sudah tahu “ lanjut pembicaraanku “ apa kamu bisa membantu kami menuju ke Kerajaan Altar ? “ tanyaku ajakan pada Elang “ aku bisa mengantar kalian, silahkan naik di atas punggungku “ Elang dengan menundukkan badan. Opan beranjak dari istirahat, aku naik ke punggung Elang begitu juga dengannya. Perlahan – lahan Elang menghempaskan kedua sayap terbang tinggi.
Aku melihat dari atas betapa hijau hutan belantara serta gunung – gunung tinggi. Elang menghempaskan sayap terbang dengan kecepatan tinggi. Opan melihat dari kejauhan, menunjuk kearah dekat pegunungan “ itu sana tempatnya Moca “ aku menyuruh Elang “ Lang kita kesana “ Elang itu mengangguk menuruti perkataanku “ ok, kalian pegang erat “ aku memegang pundak Elang itu dengan erat.
Mendarat dengan sempurna, suasana Kerajaan Altar sangat ramai, beberapa jenis hewan berada di sini berkumpul. “ terima kasih Lang sudah mengantar kami “ ucap terima kasih pada Elang “ sama – sama Moca, sekarang aku kembali anak – anakku sudah menunggu di sana “ Elang kembali terbang.
Ada seekor Beruang kecil datang menghampiri kami memakai pakaian Kerajaan Altar “ selamat datang di Kerajaan Altar Moca “ sapa Beruang kecil, ia mengantar kami masuk. Melihat ke sana ke mari, “ ada apa Raja Tasmay memanggilku Domie ? “ tanyaku pada Domie. Domie adalah salah satu prajurit handal. “ Raja Tasmay Mencarimu karena ingin mengadakan upacara Suku “.
“ Upacara Suku ? kenapa Mesti aku, kenapa tidak yang lain saja ? “ jawab Domie dengan menggeleng kepala.  
Kerajaan Altar adalah kerajaan besar, di Pimpin oleh Raja Tupai bernama Raja Tasmay. Hewan beruang, kelinci, dan lain – lain termasuk Tupai juga tunduk padanya. Raja Tasmay memilih Moca sebagai Pangeran Tupai karena Moca merupakan keturunan Kerajaan Alba.
Memasuki ruangan besar berjejer prajurit memberi hormat dengan menundukkan kepala. aku berhadapan di depan Raja Tasmay, aku memberi salam hormat padanya “ salam hormat Raja ... ada apa Raja memanggilku ? “  Raja beranjak dari tempat duduk berjalan menghampiri kami “ aku memanggilmu karena ada hal sesuatu !!! “ kembali bertanya “ sesuatu tentang apa ? “ . “ sesuatu tentang Mahkota Emas, Mahkota Emas itu berada di sebuah Gunung Bruz, di sana di kuasai oleh Mocan si Kera jahat, tanpa Mahkota itu kita tidak bisa menggelar upacara Suku “ kaget “ Mahkota Emas ... “ maju langkah Opan menepuk pundak “ aku akan membantumu untuk mendapatkan Mahkota Emas itu “. Aku mengangguk “ hmmm “.
“ aku akan berusaha mendapatkan Mahkota Emas itu, Raja “. Raja Tasmay sangat senang mendengar perkataan Moca. Moca sangat lincah dalam berlari, lebih dari itu ia bahkan sudah mempelajari tentang karate.
Moca berada di kamar duduk di tepi ranjang, kemudian berdiri dekat jendela melihat bulan, menghembuskan nafas “ besok pagi aku harus berangkat menuju ke Gunung Bruz “. Tupai itu menuju ke tempat tidur lalu membaringkan badan menutup mata tertidur lelap.
Di pagi hari matahari mulai menyinari bumi, Moca si Tupai bersiap – siap semua barang di kemas dalam bungkusan kain. Kemudian menemui Raja Tasmay untuk famit pergi “ Raja ... aku berangkat, aku segera kembali membawa mahkota Emas itu, Upacara suku akan tetap dilakukan “ Raja Tasmay mengangguk tersenyum lebar pada Moca.
Berjalan ke arah timur, menyusuri hutan Tupai itu di temani oleh sahabatnya Opan, tikus lincah. Dengan tingkah konyol ia berjalan mundur tetapi Moca hanya bersikap santai melihat Opan “ apa kamu yakin akan melawan Mocan ? aku rasa nggak yakin ? “ ledek tikus “ yakin bisa ... “.
Di perjalan mereka dihalang oleh anak buah Mocan “ siapa kalian ? “ kaget Tikus dengan melompat menuju ke belakang Moca “ siapa mereka ? “ tanya Tupai itu pada Tikus “ mereka adalah anak buah Mocan. Anak buah Mocan si Kera mengajak Mocan bertarung. Dengan gagah berani Mocan mengambil jurus.
“ Brugggg braggg briiiiggggg “ suara pukulan Moca pada kera, semua tergelatak di hadapan Moca, tingkah konyol Tikus menjatuhkan kera dengan telunjuk lalu menepuk jari. setelah itu ia melanjutkan perjalanan. Berbagai halangan dan tantangan yang di hadapi oleh Moca dan Opan untuk sampai di Gunung Bruz tersebut.
Perjalanan sampai ke bukit, melihat dari kejauhan Gunung tersebut tampak jauh, dengan pemandangan indah, mereka berdiri di tepi bukit “ aku rasa di sana tempatnya Moca, tapi apa kita bisa sampai di sana ? perjalanan lumayan jauh, cukup melelahkan “ tikus menggeleng “ sebaiknya kita istirahat untuk memulihkan tenaga “.
Mereka istirahat untuk memulihkan tenaga, matahari tenggelam, di malam hari  mereka membuat sebuah tenda kecil, membuat api unggun sebagai penerang, Tikus dan Tupai duduk santai dekat api unggun. Lalu Opan beranjak dari tempat duduk kemudian menuju tepi bukit membaringkan badan.
“ ahhh enaknya bisa tidur santai “ kata Tikus sambil melihat ke atas langit malam. Moca juga beranjak dari tempat menghampiri Opan yang sedang baring “ hey ... apa kamu sudah siapkan untuk perjalanan besok “ tanya Tupai pada Tikus “ Tenang saja “ sambil melambaikan tangan.
Moca ikut baring di samping Opan si tikus, malam semakin larut Opan sudah tertidur lelap hembusan angin yang di keluar dari mulut.
Moca beranjak dari tidur, menuju  pohon besar kemudian naik di atas. Memanjat di pohon itu dia duduk menatap pemandangan langit malam serta pegunungan yang sangat indah. Tupai itu memikirkan bagaimana cara untuk melawan si kera jahat untuk mengambil Mahkota Emas itu.
Ia pun menyandarkan badan, tangan terlipat di atas kepala. mata Tupai perlahan tettutup.
Di pagi hari Opan sedang bermain buah apel tanpa sengaja melempar buah itu kepala Moca “ maaf maaf aku tidak sengaja melemparmu, tetapi akhirnya kamu bangun juga “ Moca turun dari pohon kemudian ia mengambil sebuah kayu memasukkan ke selah – selah sarung.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju Gunung Bruz, di perjalanan mereka di hadang oleh Ular bertubuh besar, Moca secara tiba – tiba berhenti melihat keatas “ siapa kamu ? mengapa kamu menghadang kami ? “ kata Tupai itu pada Ular “ Hahahahaha jika kalian ingin melewati daerah kekuasaanku maka lawan aku “ Ular itu memlilit Tupai dan Tikus.
Muncul sebuah pikiran Tikus, menggigit badan Ular keras sehingga Ular melepaskan lilitannya. Moca melompat naik di atas kepala Ular, Opan mengambil sebuah kayu melemparkan pada Tupai “ ini ambil .... “ menangkap kayu tersebut ia pun menancapkan pada mata Ular sehingga terkapar. Tikus itu mengledek ular dengan mengluarkan lidah serta menggoyangkan badan “ yeyeyeyeye lalalala “.
Mereka kembali berjalan tikus yang bertanya pada Tupai “ Moca selanjut siapa lagi yang menghadang kita untuk mencapai Puncak Gunung Bruz” jawab Tupai dengan santai “ tenang saja ... tapi siapkan saja tenaga untuk melawan Mocan si Kera jahat itu “ Tikus berjalan mundur di hadapan Tupai “ oke oke lalu apakah masih ada persediaan makanan perjalanan masih cukup jauh “ Tupai itu berjalan melambaikan tangan “ tenang saja masih banyak “.
Tikus itu memberikan tantangan pada Tupai “ Moca bagaimana kita lari cepat saja, siapa cepat dia menang “ dengan rasa tantangan penuh tantangan Moca “ Oke siapa takut “. Opan mulai menghitung “ 1 2 3 .... go “ mereka mulai berlari.
Mereka saling mengejar, Tupai berlari sekenacang mungkin dengan kecepatan tinggi. Begitu juga Tikus kecil, Tupai yang tiba – tiba berhenti, tikus berlari menengok kebelakang tanpa sadar menabrak pohon. Ia terkapar di tanah penuhi  bintang – bintang diatas kepala.
Tikus itu bangun berkata “ aduhhh kepalaku sakit .... “ mengelus – elus kepala. Tupai tertawa melihat tingkah tikus “ hahahahaha kamu sich !!! tabrak pohon “. Tupai melihat puncak gunung cukup tinggi “ Opan kamu lihat kita sudah sampai di Gunung Bruz tapi kita harus mendaki “ kaget Tikus melompat “ haaaa mendaki capek dehhh “.
 Mereka mulai mendaki, suasana Gunung Bruz tampak menyeramkan menyusuri bebatuan keras dan tajam. Mereka melihat dari kejauhan Mocan si Kera jahat sedang tertidur pulas. Tikus melihat Mahkota itu terletak dekat diatas bebatuan. Mahkota Emas berbentuk bundaran Emas dengan berlian yang menghiasi.
“ itu disana Mahkotanya ... “ tunjuk Tupai mengarah Mahkota Emas “ tapi bagaimana cara mengambil Mahkota Emas “ Mondar mandir Tupai sambil memikirkan sesuatu. Tikus itu melempar batu kecil kearah Kera. Kera terbangun dari tidur nyenyaknya melihat kesana kemari tidak ada siapa – siapa kemudian melanjutkan tidur.
Lemparan kedua dari tikus, sasaran terkena pada kepala Kera. Kera terbangun mencari. Tikus berkata “ berikan kepada kami Mahkota Emas itu “ tawa Kera pada Tikus “ hahahaha tidak akan aku berikan Mahkota Emas ini “. “ bagaimana cara mengambil Mahkota itu yaa “ pikir Tupai dengan telunjuk di dahinya.
Setelah berpikir ia akhirnya menemukan cara tersebut, lalu membisikkan ke telinga  Tikus. Tikus itu mengangguk “ hmmmm ok “ mulai melakukan aksinya begitu juga dengan si Tupai.
            Syatttt syuutttttt pukulan Moca pada si Kera jahat itu, beberapa saat kemudian Kera terjatuh. Hingga akhirnya mahkota tersebut berhasil ia raih. Membawanya kembali kekerajaan. Dan acara Suku pun di mulai dengan tarian – tarian. Para hewan – hewan pun bergembira menyambut kedatangan Si Tupai.
“ berkat ketangguhan Moca, maka Mahkota ini akan aku serahkan padanya “ Raja Tasmay memakaikan Mahkota itu serta sorak tepukan dari hewan lainnya. Kini Moca di ankat menjadi pangeran.  




Tuesday, October 18, 2016



Teenlit
“ DIMY & PANGERAN HUJAN “
Hembusan angin menghampiriku, berjalan di setiap pepohonan yang rindang di sekitar kami, kala awan hitam mulai menyelimuti langit biru.  mulai bergemuru, tampak dari kejauhan melihat sebuah kumuh kecil. “ kita istirahat dulu di kumu itu, sepertinya hujan mulai menghampiri “ kata menunjuk kearah kumuh kecil itu. “ iya “ berjalan bersama – sama menuju kumuh. Hujan mulai turun secara beriringan hingga aku dan sahabatku harus berlari secepat mungkin.
Saat itu aku dan Rika baru saja turun dari gunung, setelah pendakian beberapa hari yang lalu. Badan terasa dingin, hanya menggunakan kedua tanganku lalu menggosokkan kemudian aku tempelkan pada kedua pipiku untuk menghangatkan badanku. Badan mulai menggigil, hujan  tak juga kunjung berhenti.
Menoleh  kearah belakang melihat ada sebuah tempat terbuat dari bambu berwarna kuning, sejenak duduk sembari menunggu hujan reda, tiba – tiba datang seorang lelaki menghampiri kami, “ hey... ini buat kamu Rik, aku tunggu kamu di jalan raya “ Rika di berikan sebuah payung “ iya... makasih... tapi mengapa kamu tidak memakai payung ini, apalagi hujan deras begini “ pinta Rika pada lelaki itu. “ apaan sihh, seperti kamu nggak tahu saja, akukan suka hujan dari dulu “ sambil membasuh muka.
“ siapa lelaki itu Rik ? “ tanyaku beranjak dari tempat duduk “ dia temanku Dim “ kata Rika sambil membuka payung. “ yukk kita pergi, Randy sudah menunggu kita “ berjalan bersama. Sekitar lima meter lagi aku dan sahabatku sampai di jalan aspal.
Aku bermimpi suatu saat bisa bertemu dengan Pangeran hujan, entah siapakah dia ?. Rika menepuk bahu, tersadar aku dari lamunan. “ woii, jangan melamun. Boleh pinjam pulpen nggak “ kata Rika mengagetkanku. “ iya “ aku membuka tas mencari pulpen “ ini “ sambil memberikan pulpen.
Mobil sedan hitam melaju cepat, hanya satu jam perjalanan menuju kota. Hingga mobil itu berhenti tepat depan rumah, “ Rik, makasih yaa “ terseyum lebar turun dari mobil lalu sejenak mobil itu berjalan meninggalkanku, berjalan masuk rumah. Melihat Mama sedang duduk di sofa, membaca buku majalah.
“ Ma... aku pulang “ teriakku menghampiri dan memeluk Mama dari belakang. “ udah pulang, bagaimana petualangan mendaki gunungnya “ seru Mama “ keren Ma, berharap bisa bertemu sang Pangeran hujan “.
Sejak kecil aku sangat menyukai hujan, hujan dapat mengeluarkan setiap keluh resa yang kurasakan di setiap tetesannya. Berada di jendela melihat hujan mengiringiku. Dari atas ku melihat seorang lelaki bersepeda di kala hujan menghampiri, setiap kali hujan turun ia selalu bersepeda, bersama dengan anak – anak kecil.
Sesekali ia berbalik melihatku, tetapi aku hanya mengacuhkannya. “ Dimi, buka pintunya. Ini ada kiriman untukmu “ membuka pintu, seketika Mama memberikan kotak kecil. membuka kotak itu melihat kiriman lukisan serta memo.  Lalu membaca memo
Aku tahu kamu sangat menyukai hujan, tapi entah mengapa kamu tidak pernah turun di kala hujan tiba. Bermain bersamaku.
Aku hanya diam setiap kali membaca memo, mengambil sebuah kotak berukuran besar, memo itu aku kumpulkan. Sudah banyak memo ia kirimkan padaku. Lelaki mirterius itu membuatku semakin bimbang.
Rasa penasaranku pada lelaki itu, hingga bergegas menemuinya, keluar dari rumah berdiri di teras. Sontak ia berhenti bermain lalu tersenyum lebar yang di pancarkan dari wajah lelaki itu.
Itukan lelaki yang pernah memberi payung pada Rika. Apa dia???.... aku bertanya – tanya dalam hati. “ Hey... Dimi “ sapanya sambil melambaikan tangannya kearahku. “ dari mana kamu tahu namaku ? “ kataku teriak, hujan semakin deras. Ia masih saja berdiri. Lalu ia menghampiriku. Dengan badan basah kuyup.
“ mengapa kamu sangat menyukai hujan ? “ tanyaku polos “ aku sangat menyukai hujan.... hujan itu yang mengeluarkan keluh, kesah yang aku rasakan, kalau kamu ? “ menoleh menatapku. “ Hmmm .... aku suka hujan karena hujan memberi kebahagian, tapi berkhayal bisa bertemu dengan pangeran aku “
“ pangeran ? apa aku pengeran yang kamu tunggu “ menunjukkan diri
“ jangan Grrr dehh ... “
“ dari mana kamu tahu ... aku menyukai hujan ? “ tanyaku lagi
“ aku mencari tahu ... aku tahu dari Rika... “
“ jadi Rika yang cerita padamu tentangku “
Angguk “ yaa “
“ jadi selama ini kamu yang mengintaiku, mencari tahu tentangku, dan setiap kali hujan turun. Kamu selalu ada di depan rumah bermain sama mereka, demi mencari perhatianku dan memo kecil itu “
Ia hanya diam lanjut aku berbicara “ kamu .... lelaki misterius itu “
Hembusan nafas ia mengatakan “ ya semua itu aku lakukan agar aku bisa dapat perhatianmu “ kata ia lembut. “ perhatianku ? hmmm hujan sudah reda lebih baik kamu pulang saja dulu. Aku ingin masuk “
“ oke “ berjalan masuk, sementara ia juga berjalan keluar pagar
Aku yang bergegas menuju kamar, tepat berada di jendela kamar aku melihat sosok lelaki itu masih berjalan sambil menatapku dari jendela kamar. “ lelaki misterius itu bernama Randy, yang setiap kali hujan turun ia selalu berada di depan rumah, bermain “
Keesokan harinya, ku melihat dari kejauhan lelaki itu sedang duduk di sebuah bangku tepat berada di halaman fakultas, berbincang – bincang dengan teman – teman. Sekilas ia menoleh kearahku, aku hanya memalingkan wajah sembari mencari sesuatu. “ hey... kamu “ hanya diam sejenak “ i iya “ lalu tanpa aku sadari ia memegang lenganku “ yukkk kesini ada yang ingin ku perlihatkan padamu “ katanya lelaki itu mengajakku, belum aku berkata ia sudah menarikku. Sambil ia menepuk kedua tangannya dengan keras.
Membentang sebuah spanduk yang di tarik oleh gerombolan mahasiswa yang tertulis I LOVE YOU QUEEN MY RAIN spontan aku kaget. Lalu ada seseorang menyenggolku dari berlakang berkata “ Cie yang di tembak sama pangerannya “ menoleh “ sejak kapan kamu berada di sini ? “ tanyaku heran
“ Jawab dong “ sejenak terdiam, hanya anggukkan, aku tersipu malu. 
keceriaan terjalin hangat 

   

Thursday, June 16, 2016

Lanjutan Kisahnya

Lanjutan kisah dari " MY HEART ABOUT YOU "



Bab 2
ANAK BARU
Di sekolah yang penuh keramaian, siswa – siswa yang bermain basket, ada yang bebincang – bincang, ada yang jalan bareng teman – teman mereka, aku, mody, dan alka yang duduk di pelataran sekolah. alka yang asik memakan cemilan, mody yang berlagak konyol sambil dance di hadapanku. Sementara itu aku yang membaca buku novel, tetapi aku yang masih kepikiran tentang scrapku yang hilang kemarin.
Alka yang melihatku yang diam “ Bay kamu kenapa ? sepertinya ada yang kamu pikirkan !!! “ aku pun berdiri dan menyandarkan lenganku ke tembok sekolah “ scrap aku hilang … padahal itu scrap berarti banget buat aku “ Alka pun mendatangiku “ sabar Bay kamu pasti kok akan menemukan scrap kesayanganmu itu “.
aku harap begitu “ memasukkan jari ke dalam kantung celana. “ Bay nggak usah galau begitu… scrap mu itu pasti akan kembali kok “ katanya dengan ledek tersenyum “ aku pun tersenyum mendengar ledekan Mody.
Tidak lama kemudian bell sekolah berbunyi “ kringggg ….. kringgg ….. kringggg ….. “ Alka dan Mody mengajakku masuk ke kelas “ Bay ayo kita masuk dan jangan terlalu memikirkan scrapmu “ ajak Alka sambil menarik lenganku. Mody yang berbalik arah “ Bay Al ayo masuk …. “.
Semua siswa berada di kelas mengisi bangku yang kosong. Tetapi bangku yang berada di hadapanku masih kosong.
Tidak lama kemudian pak ninu masuk. Dengan gaya biasa yang menggunakan pakaian guru berwarna coklat memakai kaca mata lebar.
Beberapa menit kemudian seorang guru masuk ke kelas dengan menggunakan rok pendek berwarna biru, memakai jas biru, berambut pendek. Tinggi dan berkulit putih. Dan ia membawa seorang siswa perempuan dengan gaya cukup sederhana, putih, tidak terlalu tinggi, berambut panjang.
Aku yang menulis mengangkat kepala tanpa sengaja  melihat dia. Aku, Mody dan alka terkejut, kaget saat melihat perempuan itu masuk ke kelas kami.
Dia sekolah di sini “ yaa ampun “ sambil mengusap muka dan menundukkan kepala di meja.
Alka yang kegirangan saat mengetahui perempuan itu sekolah yang sama. Pak ninu mempersilahkan perempuan itu untuk memperkenalkan dirinya “ silahkan memperkenalkan diri di hadapan teman - teman
Perempuan itu pun memperkenalkan diri di hadapan teman - teman serta guru. “ hey teman – teman “ sambil melambaikan tangan “ namaku MIKHA ATMAJA, aku bisa panggil MIKHA “. Aku pun berpikir * ternyata perempuan itu bernama mikha *.
Pak ninu mempersilahkan perempuan itu untuk duduk di samping alka, pas dihadapanku. Alka pun senang “ mikha … aku nggak nyangka ternyata lo sekolah dini “ perempuan itu tersenyum di hadapan Alka.
Argghhhh…. Kenapa semua jadi seperti ini sekelas dengan perempuan nyebelin itu. aku yang mengangkat tangan dan izin untuk ketoilet “ pak aku izin ketoilet sebentar “ pak ninu pun mengizinkan keluar. Aku yang beranjak dari bangku pergi keluar dari kelas menuju ke toilet.
Di toilet aku pun membasu muka, kepala ku mulai terasa sakit, aku memegang kepala semua yang ku lihat buram “ kenapa sakit di kepala ku kumat lagi …. Arghhhh “ teriak kesakitan. Aku mencari obat penahan rasa sakit. Aku mencari di kantung celana tetapi tidak ada… sakit itu tidak mau hilang.
Mencari di saku bajuku… aku pun mengambil, membuka tempat itu lalu meminumnya. Beberpa menit kemudian rasa sakit itu mulai terasa hilang. Aku pun merapikan rambut yang berantakan lalu pun keluar dari toilet, dan menuju keruang kelas.
Aku pun masuk dan menuju ke bangku ke tiga, mody yang melihatku yang sedikit pucat ia bertnyata “ bay kamu kenapa ? wajah kamu terlihat pucat “. aku menggelengkan kepala ku dan berkata “ aku nggak apa – apa, aku baik – baik saja.
Maafkan aku mody, aku tidak ingin kalian tahu tentang penyakit yang aku alami. Aku hanya ingin membuat kalian bahagia bersama ku. pikir aku dengan diam… mody yang kembali tersenyum mellihatku.
Beberapa menit kemudian bell berbunyi menandakan istirahat. Pelajaran pertama selesai. Aku, mody, dan alka membereskan meja dan memasukkan buku kedalam tas. Aku dan mody beranjak dari bangku begitu pun juga dengan alka, alka yang pun mengajak anak baru yang bernama mikha “ mikha ayoo kita pergi yukkk “ alka yang menarik tangan anak baru itu.
Sepanjang pelataran sekolah alka dan mikha anak baru itu berjalan di hadapan aku dan mody. Mereka berbincang – berbincang tentang masa lalu mereka berdua. “ al kamu makin tomboy aja “ senyum mikha pada alka. “ kamu makin cantik aja… kamu pindah dari bandung kok nggak bilang – bilang aku dulu mik “ maaf gue ingin kasih surprise ke kamu “ tertawa dengan senyum.
Sesampainya aku, mody, alka, dan mikha si anak baru  di kantin, lalu mengambil tempat duduk. “ bagaimana kabar juan… mik “ tanya alka dengan serius “ juan … apa kamu masih care sama dia “ jawab alka dengan terbata – bata “ aaa …. Apaan sich nggak “.
Aku pun terdiam di hadapan mereka sambil membaca buku novel kesukaan ku. mody pun menegurku “ kamu serius banget bacanya… dari tadi kita ketawa – ketawa kamu diam membaca “ mikha yang melihatku dengan senyum menyebalkan.
Aku pun terlihat cuek dan tidak membalas senyum itu. mikha pun kesal melihatku “ kamu jadi cowo ketengilan amat sich “ aku pun membalas perkataan mikha dengan berdiri “ apaan sich kamu tuch yang tengilan jadi cewek bawell banget “ aku pun pergi meninggalkan mereka.
Alka yang semakin bingung “ kalian itu dari kemarin berantem terus yaa “.
Aku yang berada di taman sekitar sekolah duduk sambil bermain gitar, aku menekan senar kedua, keempat dan kelima menunjukkan kunci C, aku yang memetik dengan pelan – pelan sehingga menciptakan alunan nada yang indah.
Sementara itu alka, mody, dan mikha makan tanpa bayu di sekitar mereka. Itu hal yang biasa bagi alka dan mody. Mereka telah selesai makan, mikha yang beranjak dari tempat duduknya. “ al … mody aku ingin pergi ke perpustakaan dulu “
Sial aku tidak bisa konsentrasi maen gara – gara kemarin. Lalu scrap ku juga pakai hilang segala.
Aku pun terhenti main gitar… menyimpan gitar itu dan pergi ke perpustakaan untuk menghilangkan rasa penat yang aku rasa.
Sampai di perpustakaan aku langsung mencari buku bacaan yang jenaka. Di perpustakaan aku berjalan sambil membuka satu per satu buku.
Aku berjalan sambil membaca tanpa sengaja aku menabrak seorang perempuan dan perempuan itu kaget buku yang aku baca terjatuh begitu juga dengan buku perempuan itu.
Aku menengok kerarah dia ternyata dia lagi si anak baru yang nyebelin itu “ kenapa sich di mana – mana itu ada kamu !!! kamu lagi … kamu lagi … “ aku pun menumpahkan kekesalanku di hadapannya. Dan berbalik arah
“ apaan sich !!! kamu tuch …. * sambil mengepalkan kedua tangan di belakang * resek banget … dasar cowok ketengilan “.
Semua siswa melihat kearah aku mikha lalu berkata “ di larang ribut “. Suasana tampak kembali semula menjadi hening. aku mengambil buku yang terjatuh.
Dan pergi ke tempat duduk untuk kembali membaca. Aku membuka satu persatu buku yang aku baca.
Mikha pun kembali mencari buku yang ingin dia baca. Ia tampak ragu – ragu. Ia pun melihat aku dari arah kejauhan dengan sedikit meringis. Memperhatikanku aku pun bebalik melihat dia tetapi ia memalingkan kepalanya sambil memegang buku dan membuka buku tersebut.
Aku kembali membaca buku dengan serius. Mikha yang kembali memperhatikan setiap kali aku serius membaca buku. “ itu cowok memang nyebelin sich kalau di lihat – lihat tapi dia serius banget kalau lagi baca buku “. Selesai aku membaca buku aku pun pergi. anak baru itu mencariku “ kemana cowok nyebelin itu ? “ sambil melirih sana sini.
Aku yang berada di belakangnya berkata “ kamu mencari aku “ kaget mikha dan berbalik di hadapanku. “ ahhhh kamu “ dengan wajah merah aku pun melihatnya dengan tawa “ sejak kapan kamu baca terbalik begitu “ ia pun melihat buku dan membaliknya “ hahahahaha salah… “ mikha pun pergi meninggalkan ku.
“ dasar cewek anehh “ kataku sambil tersenyum melihatnya pergi.
Pelataran sekolah mikha yang berjalan sendirian menuju ke kelas ia bertemu dengan mody “ mikha … kamu dari mana ? dari tadi aku mencari kamu “ tanya mody “ aku dari perpustakaan “ jawab mikha sambil menunjuk “. Mody dan mikha pergi, berjalan bersama menuju sebuah taman dekat sekolah.
Mereka pun duduk berjauhan mikha duduk di ujung sedangkan mody juga duduk di ujung. Mody pun bertanya pada mikha “ sejak kapan kamu kenal sama bayu… setiap kali kalian bertemu pasti diam dan kalau nggak berantem “.
Mikha pun menceritakan semua pada mody “ kemarin aku kali pertama bertemu sama cowok nyebelin seperti dia…. aku awalnya ingin membeli buku tanpa sengaja aku mendapat kan buku novel yang aku cari malahan berantem dengan dia, tetapi buku itu malah di berikan ke aku “.
Mody pun tertawa saat mendengar cerita dari mikha “ cuman gara – gara buku kalian berantem … tetapi Bayu itu memang sedikit pendiam, suka baca buku juga dia. Dia juga punya keinginan menjadi seorang NOVELIS “ mikha pun tersenyum sambil memainkan jari – jarinya.
“ cowok nyebelin seperti dia punya mimpi menjadi NOVELIS “. Mody pun menceritakan pada Mikha segala hal tentang Bayu.
Aku pun melihat dari kejauhan tampaknya perempuan itu si anak baru mulai dekat Mody. Tetapi mengapa perasaan ku begitu canggung. Ada apa denganku, apakah aku mulai menyukai perempuan itu. perempuan yang aneh dan nyebelin itu. itu tidak mungkin terjadi
Alka yang mengagetkan aku “ woii … “ tawa alka sambil melihat Mody yang bersama dengan mikha  kamu suka yaa sama mikha “ aku menjawab dengan terbata – bata “ aaa apaan sich kamu … mana mungkin aku suka sama cewek nyebelin seperti dia “ aku pun melirih ke arah alka sambil menarik hidungnya, Dan pergi meninggalkan Alka.
Alka yang tersenyum melihat mody dan mikha, Mody yang melihat Alka dan mengajak mikha untuk pergi menemui Alka yang sedang berdiri. “ Mikha yukkk kesana “. Alka yang ngeledek Mody dan Mikha “ dari tadi aku peratiin dari jauh ada yang dekat nich “ mikha pun tersenyum tertawa “ nggak kita kan temen yaa nggak Mody “. Mody yang mencari bayu “ anyway Bay kemana … akhir – akhir ini dia sering hilang entah kemana “. Tanya Mody pada Alka “ tadi aku ketemu bay berdiri sambil meratiin kalian berdua, tapi dia pergi lagi “.
Mikha pun mulai bertanya – tanya pada Alka dan Mody tentang sikap bayu padanya “ teman kamu itu pendiam yaa … “. Pikir mikha * sikap bayu mengingatkanku pada seseorang *.
Aku pun duduk sendiri di bawah pohon sambil memikirkan sesuatu. Aku bingung kenapa hati terasa gelisah saat melihat perempuan itu bersama dengan sahabatku.
Apa ku mulai suka sama dia, yaa tuhan apalah arti semua ini. Kenapa cewek nyebelin berada dalam banyangan aku, sambil mengusap wajah dan sandar di pohon menutup mata, menghembuskan nafas sejenak.
Aku pun melihat mikha tampak bahagia berada di dekat Mody. Mereka pun dekat dan sering  berbincang – berbincang bersama. Aku tahu di dalam hati mody, menyimpan sebuah perasaan yang dalam terhadap mikha.
Baru kali ini aku melihat Mody sebahagia itu, aku melihat ketawa, dan di matanya menyimpan sebuah perasaan.
Aku pun belum memahami tentang apa yang terjadi dalam diriku, dia membuatku semakin bingung.
Aku pun mengambil sebuah diary kecil yang sering aku bawa kemana – mana
Dear Diary …
Hari – hari yang aku lewati, Aku tak tahu  … saat kali pertama ku bertemu dengan dirinya …
Di bawel, galak tapi periang…
Tapi dia tampak bahagia bersama dengan sahabatku …
Tapi ku harap perasaan ini tidak membuat semakin bingung …
Aku tak tahu apa aku menyukainya … tetapi ku harap itu tidak terjadi
Isi hati yang aku tuangkan dalam sebuah buku diary kesanyanganku. Alka yang datang tiba – tiba membuatku kaget, seketika aku langsung menyimpan buku diary ke dalam saku celanaku “ heyy lagi ngapain kamu Bay “. Jawabku sambil berdiri di hadapan Alka “ hey Al … aku nggak ngapain – ngapain kok cuman lagi duduk aja, Mody mana tumben dia nggak bersama kamu “ tanyaku “ Mody lagi bersama mikha … sepertinya Mody menyukai mikha “ aku pun tertegun saat mengetahui Mody ternyata menyukai mikha. Alka yang melihat ku terdiam di hadapannya.
“ Bay… Mody sekarang dekat dengan Alka, mereka tampak akrab, apa kamu nggak cemburu melihat kedekatan mereka?? “. Tanya Alka “ aku nggak cemburu Al… lagian aku nggak ada perasaan apa – apa pada mikha “ dalam hati berkata * aku nggak tahu tentang perasaan ini pada mikha *.
Tidak lama kemudian Mody datang bersama mikha sambil bergandengan tangan di hadapan aku dan Alka. Alka pun yang melihat mereka bergandengan tangan lalu menjahilinya dengan batuk jaimnya “ hmmm “ mengempal jari – jarinya di dekat mulut batuk.
Aku yang melihat lalu memalingkan kepala ke arah sekitar. Mereka pun tampak salah tingkah dan melepaskan pegangan tangan itu. Mody yang tersenyum begitu pun juga dengan Mikha. “ Bay kamu kemana aja sich … hilang mulu “.
Tertawa aku mendengar perkataan Mody “ hahahahaha Mody aku nggak kemana – mana “. Aku dan mereka tertawa, aku sesekali memperhatikan Mikha.