Moca
Si Pangeran Tupai
Di
sebuah hutan belantara, begitu lebat, pepohonan tinggi. Di huni oleh beberapa
jenis hewan. Hewan yang hidup sejahtera, seekor Tupai kecil sangat piwai berlari cepat. Tupai itu bernama
Moca dia begitu cerdik sesekali ia berbalik seperti ada yang mengikutinya.
Tanpa
ia sadari seekor Tikus berada di depan membuat ia kaget. Tikus itu bernama
Opan. Tikus bertubuh kecil, memiliki kebisaan membuat onar, menjahili Moca
serta hewan lain.
“
argggghhh “ mengepal kedua tangan dekat
dagu, tikus itu berdiri di hadapan Tupai “ hai ... maaf aku mengagetkanmu “
sapa Tikus itu dengan membentangkan kedua tangan ke atas “ dengan wajah kesal, mengeluarkan
angin dari dalam hidung lalu berjalan pelan mendekati tikus itu.
“
Moca ... sabar jangan marah, ada kabar baik untukmu “ Tikus itu berjalan mundur
sambil mengangkat kedua tangan “ kabar apa ? “ jalanku terhenti, berubah sikap
pada Opan “ hmmmm kabar tentang upacara Suku di Kerajaan Altar “. Aku dan Opan
berjalan menuju ke tempat Kerjaan Altar tersebut.
Berjalan
menyusuri hutan belantara, tanjakan bebatuan kecil, perjalanan cukup jauh. Opan
mulai lelah “ Moca kita istirahat, aku capek nih “ Opan menyandarkan jemari
tangan pada pohon. Tikus kecil mengeluarkan keringat kemudian ia duduk kembali
menyandarkan badan ke pohon.
Perjalanan
terhenti, beberapa saat kemudian aku melihat dari kejauhan ada seekor Elang menghampiri kami, tepat di hadapan kami ia
mendarat menghempaskan kedua sayap “ hai ... Moca sedang apa kamu di sini “
tanya Elang “ aku disini sedang istirahat setelah menempuh perjalanan cukup
jauh “ berjalan pelan “ apa kamu sudah mengetahui tentang upacara Suku di
Kerajaan Altar “.“ iya aku sudah tahu “ lanjut pembicaraanku “ apa kamu bisa
membantu kami menuju ke Kerajaan Altar ? “ tanyaku ajakan pada Elang “ aku bisa
mengantar kalian, silahkan naik di atas punggungku “ Elang dengan menundukkan
badan. Opan beranjak dari istirahat, aku naik ke punggung Elang begitu juga
dengannya. Perlahan – lahan Elang menghempaskan kedua sayap terbang tinggi.
Aku
melihat dari atas betapa hijau hutan belantara serta gunung – gunung tinggi.
Elang menghempaskan sayap terbang dengan kecepatan tinggi. Opan melihat dari
kejauhan, menunjuk kearah dekat pegunungan “ itu sana tempatnya Moca “ aku
menyuruh Elang “ Lang kita kesana “ Elang itu mengangguk menuruti perkataanku “
ok, kalian pegang erat “ aku memegang pundak Elang itu dengan erat.
Mendarat
dengan sempurna, suasana Kerajaan Altar sangat ramai, beberapa jenis hewan
berada di sini berkumpul. “ terima kasih Lang sudah mengantar kami “ ucap
terima kasih pada Elang “ sama – sama Moca, sekarang aku kembali anak – anakku
sudah menunggu di sana “ Elang kembali terbang.
Ada
seekor Beruang kecil datang menghampiri kami memakai pakaian Kerajaan Altar “
selamat datang di Kerajaan Altar Moca “ sapa Beruang kecil, ia mengantar kami
masuk. Melihat ke sana ke mari, “ ada apa Raja Tasmay memanggilku Domie ? “
tanyaku pada Domie. Domie adalah salah satu prajurit handal. “ Raja Tasmay
Mencarimu karena ingin mengadakan upacara Suku “.
“
Upacara Suku ? kenapa Mesti aku, kenapa tidak yang lain saja ? “ jawab Domie
dengan menggeleng kepala.
Kerajaan
Altar adalah kerajaan besar, di Pimpin oleh Raja Tupai bernama Raja Tasmay.
Hewan beruang, kelinci, dan lain – lain termasuk Tupai juga tunduk padanya.
Raja Tasmay memilih Moca sebagai Pangeran Tupai karena Moca merupakan keturunan
Kerajaan Alba.
Memasuki
ruangan besar berjejer prajurit memberi hormat dengan menundukkan kepala. aku
berhadapan di depan Raja Tasmay, aku memberi salam hormat padanya “ salam
hormat Raja ... ada apa Raja memanggilku ? “ Raja beranjak dari tempat duduk berjalan
menghampiri kami “ aku memanggilmu karena ada hal sesuatu !!! “ kembali
bertanya “ sesuatu tentang apa ? “ . “ sesuatu tentang Mahkota Emas, Mahkota
Emas itu berada di sebuah Gunung Bruz, di sana di kuasai oleh Mocan si Kera
jahat, tanpa Mahkota itu kita tidak bisa menggelar upacara Suku “ kaget “
Mahkota Emas ... “ maju langkah Opan menepuk pundak “ aku akan membantumu untuk
mendapatkan Mahkota Emas itu “. Aku mengangguk “ hmmm “.
“
aku akan berusaha mendapatkan Mahkota Emas itu, Raja “. Raja Tasmay sangat
senang mendengar perkataan Moca. Moca sangat lincah dalam berlari, lebih dari
itu ia bahkan sudah mempelajari tentang karate.
Moca
berada di kamar duduk di tepi ranjang, kemudian berdiri dekat jendela melihat
bulan, menghembuskan nafas “ besok pagi aku harus berangkat menuju ke Gunung
Bruz “. Tupai itu menuju ke tempat tidur lalu membaringkan badan menutup mata
tertidur lelap.
Di
pagi hari matahari mulai menyinari bumi, Moca si Tupai bersiap – siap semua
barang di kemas dalam bungkusan kain. Kemudian menemui Raja Tasmay untuk famit
pergi “ Raja ... aku berangkat, aku segera kembali membawa mahkota Emas itu,
Upacara suku akan tetap dilakukan “ Raja Tasmay mengangguk tersenyum lebar pada
Moca.
Berjalan
ke arah timur, menyusuri hutan Tupai itu di temani oleh sahabatnya Opan, tikus
lincah. Dengan tingkah konyol ia berjalan mundur tetapi Moca hanya bersikap
santai melihat Opan “ apa kamu yakin akan melawan Mocan ? aku rasa nggak yakin
? “ ledek tikus “ yakin bisa ... “.
Di
perjalan mereka dihalang oleh anak buah Mocan “ siapa kalian ? “ kaget Tikus
dengan melompat menuju ke belakang Moca “ siapa mereka ? “ tanya Tupai itu pada
Tikus “ mereka adalah anak buah Mocan. Anak buah Mocan si Kera mengajak Mocan
bertarung. Dengan gagah berani Mocan mengambil jurus.
“
Brugggg braggg briiiiggggg “ suara pukulan Moca pada kera, semua tergelatak di
hadapan Moca, tingkah konyol Tikus menjatuhkan kera dengan telunjuk lalu
menepuk jari. setelah itu ia melanjutkan perjalanan. Berbagai halangan dan
tantangan yang di hadapi oleh Moca dan Opan untuk sampai di Gunung Bruz
tersebut.
Perjalanan
sampai ke bukit, melihat dari kejauhan Gunung tersebut tampak jauh, dengan
pemandangan indah, mereka berdiri di tepi bukit “ aku rasa di sana tempatnya
Moca, tapi apa kita bisa sampai di sana ? perjalanan lumayan jauh, cukup
melelahkan “ tikus menggeleng “ sebaiknya kita istirahat untuk memulihkan
tenaga “.
Mereka
istirahat untuk memulihkan tenaga, matahari tenggelam, di malam hari mereka membuat sebuah tenda kecil, membuat api
unggun sebagai penerang, Tikus dan Tupai duduk santai dekat api unggun. Lalu
Opan beranjak dari tempat duduk kemudian menuju tepi bukit membaringkan badan.
“
ahhh enaknya bisa tidur santai “ kata Tikus sambil melihat ke atas langit
malam. Moca juga beranjak dari tempat menghampiri Opan yang sedang baring “ hey
... apa kamu sudah siapkan untuk perjalanan besok “ tanya Tupai pada Tikus “
Tenang saja “ sambil melambaikan tangan.
Moca
ikut baring di samping Opan si tikus, malam semakin larut Opan sudah tertidur
lelap hembusan angin yang di keluar dari mulut.
Moca
beranjak dari tidur, menuju pohon besar
kemudian naik di atas. Memanjat di pohon itu dia duduk menatap pemandangan
langit malam serta pegunungan yang sangat indah. Tupai itu memikirkan bagaimana
cara untuk melawan si kera jahat untuk mengambil Mahkota Emas itu.
Ia
pun menyandarkan badan, tangan terlipat di atas kepala. mata Tupai perlahan
tettutup.
Di
pagi hari Opan sedang bermain buah apel tanpa sengaja melempar buah itu kepala
Moca “ maaf maaf aku tidak sengaja melemparmu, tetapi akhirnya kamu bangun juga
“ Moca turun dari pohon kemudian ia mengambil sebuah kayu memasukkan ke selah –
selah sarung.
Mereka
kembali melanjutkan perjalanan menuju Gunung Bruz, di perjalanan mereka di
hadang oleh Ular bertubuh besar, Moca secara tiba – tiba berhenti melihat
keatas “ siapa kamu ? mengapa kamu menghadang kami ? “ kata Tupai itu pada Ular
“ Hahahahaha jika kalian ingin melewati daerah kekuasaanku maka lawan aku “
Ular itu memlilit Tupai dan Tikus.
Muncul
sebuah pikiran Tikus, menggigit badan Ular keras sehingga Ular melepaskan
lilitannya. Moca melompat naik di atas kepala Ular, Opan mengambil sebuah kayu
melemparkan pada Tupai “ ini ambil .... “ menangkap kayu tersebut ia pun
menancapkan pada mata Ular sehingga terkapar. Tikus itu mengledek ular dengan
mengluarkan lidah serta menggoyangkan badan “ yeyeyeyeye lalalala “.
Mereka
kembali berjalan tikus yang bertanya pada Tupai “ Moca selanjut siapa lagi yang
menghadang kita untuk mencapai Puncak Gunung Bruz” jawab Tupai dengan santai “
tenang saja ... tapi siapkan saja tenaga untuk melawan Mocan si Kera jahat itu
“ Tikus berjalan mundur di hadapan Tupai “ oke oke lalu apakah masih ada
persediaan makanan perjalanan masih cukup jauh “ Tupai itu berjalan melambaikan
tangan “ tenang saja masih banyak “.
Tikus
itu memberikan tantangan pada Tupai “ Moca bagaimana kita lari cepat saja,
siapa cepat dia menang “ dengan rasa tantangan penuh tantangan Moca “ Oke siapa
takut “. Opan mulai menghitung “ 1 2 3 .... go “ mereka mulai berlari.
Mereka
saling mengejar, Tupai berlari sekenacang mungkin dengan kecepatan tinggi.
Begitu juga Tikus kecil, Tupai yang tiba – tiba berhenti, tikus berlari
menengok kebelakang tanpa sadar menabrak pohon. Ia terkapar di tanah
penuhi bintang – bintang diatas kepala.
Tikus
itu bangun berkata “ aduhhh kepalaku sakit .... “ mengelus – elus kepala. Tupai
tertawa melihat tingkah tikus “ hahahahaha kamu sich !!! tabrak pohon “. Tupai
melihat puncak gunung cukup tinggi “ Opan kamu lihat kita sudah sampai di
Gunung Bruz tapi kita harus mendaki “ kaget Tikus melompat “ haaaa mendaki capek
dehhh “.
Mereka mulai mendaki, suasana Gunung Bruz
tampak menyeramkan menyusuri bebatuan keras dan tajam. Mereka melihat dari
kejauhan Mocan si Kera jahat sedang tertidur pulas. Tikus melihat Mahkota itu
terletak dekat diatas bebatuan. Mahkota Emas berbentuk bundaran Emas dengan
berlian yang menghiasi.
“
itu disana Mahkotanya ... “ tunjuk Tupai mengarah Mahkota Emas “ tapi bagaimana
cara mengambil Mahkota Emas “ Mondar mandir Tupai sambil memikirkan sesuatu.
Tikus itu melempar batu kecil kearah Kera. Kera terbangun dari tidur nyenyaknya
melihat kesana kemari tidak ada siapa – siapa kemudian melanjutkan tidur.
Lemparan
kedua dari tikus, sasaran terkena pada kepala Kera. Kera terbangun mencari.
Tikus berkata “ berikan kepada kami Mahkota Emas itu “ tawa Kera pada Tikus “
hahahaha tidak akan aku berikan Mahkota Emas ini “. “ bagaimana cara mengambil
Mahkota itu yaa “ pikir Tupai dengan telunjuk di dahinya.
Setelah
berpikir ia akhirnya menemukan cara tersebut, lalu membisikkan ke telinga Tikus. Tikus itu mengangguk “ hmmmm ok “
mulai melakukan aksinya begitu juga dengan si Tupai.
Syatttt syuutttttt pukulan Moca pada
si Kera jahat itu, beberapa saat kemudian Kera terjatuh. Hingga akhirnya mahkota tersebut berhasil ia raih.
Membawanya kembali kekerajaan. Dan acara Suku pun di mulai dengan tarian –
tarian. Para hewan – hewan pun bergembira menyambut kedatangan Si Tupai.
“ berkat ketangguhan Moca, maka Mahkota ini akan aku
serahkan padanya “ Raja Tasmay memakaikan Mahkota itu serta sorak tepukan dari
hewan lainnya. Kini Moca di ankat menjadi pangeran.