Thursday, March 8, 2018

Fiksi Remaja


SIMPLE GIRL
Di tengah keramaian kota, aku berada di bass camp, berkumpul bersama teman – teman Club mobil. Aku yang sedang balapan bersama Club lainnya. Bergitu sorak penonton untuk menyaksikan sebuah pertunjukan. Aku bertemu lawan alias musuh bebuyutan, dia menatangku. Aku dan dia saling bertatapan. “ko, jangan harap bisa menang di pertandingan ini” tunjuknya sambil mengelilingiku “heee  jangan songong dehh, jadi orang” gertakku.
“bagaimana kalau aku dan ko, taruhan. Jika aku menang, kamu bisa jadi pembokat aku dan jika kamu menang sebaliknya” tantangnya. Aku pun mengiyakannya. Seumur – umur belum pernah ada perempuan yang nantangi aku. perempuan itu lumayan cantik juga. Ia berambut pendek, memakai jaket kulit hitam, plus kacamata hitam.
Aku dan dia berada di garis start, dan saling bertatapan dengan wajah sinis. Belum pernah aku balapan apalagi perempuan. “Bro aku yakin kamu bisa kalahin cewe songong itu” bisiknya salah satu sahabatku memberi dukungan. Saat pemandu memberikan isyarat dengan sapu tangan yang ia pegang.
“brummmm, brummmm, brummmm 1 2 3” pemandu memberikan isyarat, balapan pun di mulai, aku dan dia tarik ulur. Jarak kita tempuh sekitar tiga kilo untuk mencapai finish. Dengan circuit. “sedikit lagi capai finish” gumamku. Tanpa aku sadari ia sudah mencapai garis finish, arghhhh kalah. Kesalku seketika aku membuka pelindung kepala yang kukenakan. Ia menghampriku lalu berkata “bagaimana? Besok kau sudah bekerja sebagai pembokat, Bye” katanya. Melihat mereka berhura – hura. Selama ini aku tak pernah di kalahkan sekalipun. Tapi kenapa dengan seorang cewe aku bisa kalah, dalam hatiku bertanya – tanya.
“Bro sudahlah, nanti di balapan selanjutnya kau bisa kalahkan dia” kata Dony menyemangati. Aku hanya mengangguk tersenyum tipis. Aku berada di kamar masih memikirkannya. Di pagi itu aku berada di kampus bersama teman – teman clubku. Duduk di motor “woii” sapa permpuan itu tiba – tiba mengagetkanku. “ngapain kamu sini?” tanyaku “astaga pake tanya lagi, tugasmu di mulai hari ini” jawabnya nyolot, hingga membuatku geram. “oke” setelah itu aku pamit “guys, aku pergi dulu. Untuk menyelesaikan masalah” pintaku. Aku menyeret perempuan itu pergi. “apaan sihhh, sakit tau” katanya kesal melepaskan gemgaman lengannya. “Fio” menatap mata lebih dalam.
            “Hari ini, adekku ulang tahun, dan kamu temani aku mencari kado yang pass untuknya” perintah Fio. “kita menggunakan motorku saja” katanya lagi. Lima belas menit kemudian aku dan Fio sampai di sebuah toko buku. Tampak depan toko dipadati jejeran kendaraan motor yang terparkir. Aku dan Fio masuk dan ia melai mencari buku yang di inginkannya. “hee cari buku apaan sihh” berbisik di telinga Fio. “Novel” jawab singkat “heee, emangnya adek kamu itu suka baca buku yaa.” Angguknya sembari fokus mecanri buku yang ia cari.
            “ahhh ini pasti Denis suka” kata Fio penuh keyakinan. Fio mengambil beberapa buku. Ia menarik lenganku menuju kasir, setelah itu lalu mengajakku sebuah tempat. “kita mau kemana sih?” tanyaku sambil mengendarai motor. “udah nggak usah banyak tanyak, mendingan ikuti saja perintahku” perintah Fio lagi.
            Sesampainya aku melihat di papan bergantung tertera PANTI ASUHAN KASIH. Aku terkejut lalu setelah memarkirkan pas depan panti asuhan. Aku semakin bertanya – tanya mengapa Fio pergi sebuah panti ini. Memasuki ku melihat banyak anak – anak bersorak ceria, Fio menghampiri sosok lelaki. Mungkin lelaki yang di maksud Fio dia, gumam dalam hati.
            Tak pernah aku melihat senyuman Fio, yang aku tahu selama ini hanya jutek, marah, ataukah keselin, dalam hati berkata, mengamatinya setiap senyum dia pancarkan. Acara pun berlangsung bergitu hangat, aku tak pernah merasakan keceriaan. Aku menjadi mengingat kebersamaan bersama keluarga di rumah. Tapi kini sudah jarang karena ayah terlalu sibuk dengan perkerjaannya, bergitu pula dengan Mami, semua serba perkerjaan.
            “Ini buat kamu dek” kata Fio menyodorkan sebuah kado
“Selamat ya” kataku memberi ucapan. “Makasih banyak kak” balas Denis. Aku keluar berjalan menuju teras. Aku hanya duduk menunggu Fio, memainkan gadget. Tiba – tiba ada menyodorkan kue tas pas depan mataku. Menoleh “ini untuk kakak” kata anak kecil, seketika mengambil kue yang ia berikan. “adek namanya siapa? Sini duduk bareng kakak” ajakku, menuruti permintaanku. “aku Bella kak, kalau kakak siapa?” tanya balik. Aku tersenyum lebar “aku Borries”. Aku dan anak kecil bernama Bella bermain, bercanda bersamanya. Hingga tiba waktu akhirnya acara sudah selesai juga.
            Fio berjalan keluar menghampiri Borries yang sedang duduk bersama salah satu anak panti yang bernama Bella. Duduk di sebelah anak kecil. “ Bella ayo sini, kakak Denis mau foto bareng “ ajak Ibu panti.
            Hening
            Sesekali hanya menoleh, “kenapa kamu rayakan disini? Kenapa nggak di tempat lain, seperti di Mall gitu di cafe – cafe seperti orang pada umumnya?” tanyaku bertubi – tubi. “yang pertama aku ingin berbagi, karena pastinya mereka juga pasti butuh kebahagiaan sama sepeti halnya adekku” jawabnya. anggukku. Aku tak pernah melalukan hal itu, Fio telah mengajarkan hal tentang hidup, berbagai antar sesama. “makasih ya kak” Denis menghampiri. “Ya” jawabnya senyum lebar memeluk adiknya.
            Hari minggu tiba
            Saat ini aku tak pergi kumpul di Bass camp, aku menuju kerumah Fio dengan mengendarai sebuah motor gede berwarna merah. Beberapa menit  kemudian aku tiba di rumah. Rumah begitu sederhana, ia tinggal bersama adiknya bernama Denis. Aku mencoba masuk ke halaman rumah, perkarangan begitu luas. Denis keluar aku menyapanya “Denis” menghampiriku “kak Borries, kakak cari Fio. Dia tadi pagi pergi?” kata Denis “kemana?” tanyaku. Denis memberi tahu alamat tersebut. “makasih ya Dek, aku segera kesana menemui Fio” sambil menepuk pundak Denis lalu pergi menuju ke tempat itu.
            Sampai di tempat yang selalu di kunjungi oleh Fio, aku terkejut saat melihat perempuan tomboy mengajari anak – anak kecil di tempat kumuh, tempat yang tak layak. Berada di bawah jembatan. Ia mengajar menggunakan papan tulis seadanya, beralaskan tikar sebagai tempat duduk. Aku kagum pada sosok perempuan jutek, jago balapan, suka buat onar. Ternyata di balik itu dia sosok sosial, membantu sesama dan penyayang anak kecil. Dari kejauhan aku melihat sosok pengagum.
            Diam – diam selama ini aku mengikuti Fio kemana ia pergi. Selama sebulan aku jadi pembokat. Tepat depan rumah tersebut aku mengirimkan dua puluh kotak makanan serta buah – buah. “ini apaan banyak banget makanannya, Denis apa kamu yang pesan ini semua” Fio keheranan “ahhhh nggak kak, mana mungkin duit dari mana coba, tapi tunggu dulu dehh kak, kayaknya ada kertas kecil”mengambil kertas kecil terselip di sela kantungan. Mulai membuka dan membaca. Aku berada di balik pohon, setelah itu aku bergegas pergi menuju Bass campku.
            Aku duduk diam dan merenungi diriku, selama ini aku berbuat onar, di bandingkan dengan Fio. Ia balapan untuk mencari uang, walaupun serba kecukupan tetap saja ia masih memikirkan orang lain. Beruntung orang mendapatkan sosok serperti dirinya, pikirku dalam hati. Tiba – tiba handphone berdiring melihat di layar tertera nama Fiola. “Hallo, ada apa Fio?” tanyaku “hmmmm apa kamu ya mengirimkan paket makanan dan buah – buahan?” tanyanya balik “Iya emang aku, itu buat ibu guru dan membagikan pada anak muridnya” ujarku. “ntar dulu dari mana kamu tahu kalau aku mengajar, apa selama ini kamu –“ terhenti seperti memikirkan sesuatu “apa?” aku kebingungan “nggak jadi, aku mau pergi dulu. Sebentar malam kita ketemu di taman” ajak Fio sektika menutup telepon. “kebiasaan main tutup saja” kesalku menyimpan handphone kedalam saku celana.
            Malam tiba aku berada di taman, duduk menunggu Fio “hey, sorry buatmu menunggu lama” sapanya “hmmmm hari ini sudah sebulan sudah jadi pembokatmu. Jadi sekarang aku dah bebaskan, hari terakhir aku mau berikan kamu ini, hanya kenang – kenangan saja” menyorotkan sebuah kotak kado “nanti saja kamu buka di rumah” tambahku. Ia hanya diam memandangi kado, aku menoleh “aku pergi dulu, masih ada urusan” kataku beranjak dari bangku lalu pergi meninggalkan Fio.
            Fio berada di kamar, membuka kado pemberian dari Borries. Sebuah jaket berwarna cream coklat kesukaannya. “kok dia bisa tahu ya kesukaanku apa, dari mana dia tahu?” Fio bertanya – tanya. Fio sangat bahagia karena ia mendapatkan kado dari Borries. Esok harinya ia pergi kerumah Borries untuk mengucapkan terima kasih. Tanpa sengaja Fio melihat Borries sedang bermain dengan seorang perempuan. aku menoleh berkata “Fio” dengan muka kecewa,marah segala macam aku tak tahu. Aku mengejar “Fio, itu tak seperti kamu lihat. Anita adalah sahabatku” teriakku langkahnya terhenti. Mencoba menghampiri dan menjelaskan padanya “aku menyukai cewe sederhana seperti kamu, mengajari aku dalam hidup” ia hanya tersenyum memandangiku.
           

Tuesday, September 12, 2017

Dongeng

Advanture of Hell House
Lima orang pemuda yang memiliki hobby petualangan, memecahkan beberapa teka – teki, mereka bernama Albert, Dony, Dimas, Merry dan Giant. Di teras rumah mereka berkumpul bercerita, duduk sebuah bangku berhadapan di tengahnya ada meja panjang. “ aku mau bertanya nihh teman – teman, petualangan selanjutnya di mana ? “ Dony penuh Tanya. “ hmmm bagaimana kita pergi ke Desa “ ujar Albert, “ Desa!!!, itu sudah biasa, sudah keseringan “
“ lalu dimana, hampir semua tempat kita sudah kunjungi “ Dimas yang tampak kebingungan. Terlintas di kepala Merry. “ nahh teman – teman kan kemarin aku menemukan sebuah kertas misterius, kertas ini menggambarkan sebuah peta “ sambil menunjukkan kepada teman – temannya.
Mereka berembuk dan penasaran, “ ini peta apa Merry ? “ tanyanya penuh penasaran, balas Merry menaikkan bahunya. “ Peta itu kamu dapatkan dimana ? “ Tanya Albert “ dapat di sebuah taman, begini aku berjalan jalan di taman, tanpa sengaja ada orang melempariku, tak tahu siapa ?, melihat sebuah gulungan kertas. Dengan penasaran aku mengambilnya “ cerita Merry pada teman – temannya.
“ Bagaimana kita cari tahu, tentang kertas misterius itu ? “ sontak Giant mengagetkan Dimas “ betul juga katamu, jadi bagimana teman, apa kalian semua setuju “ kata Dony. Giant hanya nyengir lihat Dimas. “ jadi kapan kita mulai ? “ Giant menaikkan alisnya. Dony, Giant, Merry, Albert berkata secara bersamaan
“ setuju “ sambil mengepalkan tangan keatas
“ Dimas setuju nggak ? “ kata Albert menepuk bahunya, angguknya ia berkata “ iya “
Mereka pun segara melakukan aksi untuk memecahkan misi dari sebuah kertas misterius itu, mereka berkumpul di pagi hari dengan menggunakan mobil sedan berwarna biru, semua perlengkapan pun siap. “ sorry telat “ datang Dimas ngos – ngosan wajah penuh keringat.
“ sebelum berangkat, mending kita doa dulu sebelum memulai petualangan kita ini “ mereka pun berembuk, setelah itu mereka berangkat. Di sebuah perkampungan yang terpencil, kampung jarang oleh penduduk. empat jam lamanya mereka dalam perjalanan.
Mereka turun dari mobil, Dony yang melirik kesana kemari “ pemandangannya cukup menarik juga “ angguknya sambil tersenyum. “ tapi Dimas, apa benar ini tempatnya ? “ Albert penuh tanya. “ lalu mobil kita parkir di mana ? “
“ bagaimana mobilnya kita parkir di rumah warga sekitar sini saja, terus kita lanjut perjalanan kita dengan jalan kaki saja “
“ oke, berangkat “
Mereka berjalan “ mendingan kita tanya aja di salah satu warga sini “ memegang kertas peta misterius itu. Dimas menanyakan di salah satu warga desa itu “ maaf Pak boleh Tanya? “ lelaki tua yang memakai topi bundar coklat dan memegang cangkul, “ iya Nak, silahkan “ ujar
“ gini Pak, apa Bapak tahu lokasi ini “ kaget nya melihat peta “ ini lokasi sekitar hutan terlarang, aku sarankan urungkan niatmu kesana, akan ada marah bahaya “ pintanya penuh kecemasan. Dan lelaki tua itu pergi meninggalkan ke lima pemuda itu.
Dimas heran dan bertanya – tanya mengapa lelaki tua itu berkata seperti itu. Dimas menghampiri teman – temannya. “ bagaimana apa kata Pak tua itu ? “ tanya Merry menatap Dimas. “ kata Pak tua itu, kita dilarang masuk hutan terlarang, katanya di sana sangat berbahaya “ ujar Dimas penuh cemas. “ Pasti ada yang aneh nich di balik semua ini, dan kita harus mencari tahu segera “ sambil mnunjukkan tangannnya “ kamu Albert “
Mereka segera mencari misteri pada kertas yang di dapatkan oleh Merry. Berjalan menyusuri perkmpungan hingga memasuki sebuah hutan, lebat dengan pepohonan yang rindang. “ benar ini tempatnya, ngeri benget, menrinding aku “ melirik kesana – kemari sambil mengelus – elus belakangnya yang tak gatal. “ apa sihh kamu, benar ini sesuai dengan petanya kok, ayo jalan lagi sembari mencari tempat istirahat sejenak “ angguk mereka. Berjalan bersama menyusuri hutan itu.
Berbagai hambatan yang di dapatkan oleh mereka, seperti Merry yang jatuh hingga kakinya keseleo. “ awwww…. “ gegas Dimas menghampiri Merry “ Mer kamu kenapa ? “ tanyanya cemas. Melihat kaki, ia pun seketika langsung mengangkat Merry. “ Albert, Dony, Giant, kita cari tempat istirahat, kaki Merry kesakitan ini “ pinta Dimas, lalu teman – teman menuruti perkataan Dimas “ Benar juga katamu, aku juga lelah “ sahut Giant, ikut membantu Dimas mengangkat Merry.
Berjalan seketika mereka dapat tempat yang aman dari segala gangguan. “ aku di sini tempat yang untuk kita beristirahat “ kata Dony penuh keyakinan. Mereka pun beristirahat. Dan membuat sebuah kemah.
Hari menjelang malam, semua terasa dingin, dengan segala perlengkapan ia bawa. Sementara Dimas sedang mengobati kaki Merry yang keseleo. Giant dan Albert pergi mencari kayu bakar. Dony mempersiapkan peralatan yang akan di gunakan. Dony pun menghampiri Dimas dan Merry. “ Bagaimana keadaanmu sekarang Mer ? “ tanyanya
“ udah mendingan “
“ syukurlah, kalau gitu. Dimas bantuin aku pasang tenda. Merry kamu istirahat disini. Biar aku dan Dimas saja mengerjakan semua “ angguknya tersenyum lebar pada Dony pun membalasnya senyum lebar.
Malam telah tiba
Api unggun sebagai penghangat, mereka berkumpul membentuk lingkaran, mereka merencanakan hal apa yang akan dilakukannya pada esok harinya. “ teman – teman, sewaktu aku dan Albert pergi mencari kayu bakar, seketika aku melihat ada rumah kosong di hutan ini, aku ingin kesana tapi gegara Albert yang menarik tanganku secara cepat. Aku rasa rumah itu ada hubungannya dengan kertas Peta misterius ini dehh “ cerita Giant pada teman – temannya.
“ Rumah kosong “ lanjutnya “ masa sihh di hutan ini ada rumah kosong!!! Yang benar saja kamu “
“ yaelah... mana mungkin... jangan ngawurlah “
“ betul tuhh “
“ oke... jika kalian nggak percaya. Besok kita semua kesana “ pinta Giant tak mau kalah.
Keesokan paginya mereka bergegas mengemas perlengkapan, lalu melanjutkan perjalanannya. Tidak lama kemudian sampailah ke rumah kosong itu.
“ ini rumah kosong yang aku ceritakan, kemarin “ kata Giant sambil menunjuk rumah tersebut. “ tampak sepi yaa, tidak ada orang – orang “ kata Merry menengok kesana kemari. Memasuki rumah kosong, rumah yang lumayan besar tanpa berpenghuni. “ tapi tunggu dulu, ini rumah seram banget “ Albert yang ketakutan. “ Al ... jangan parno gitu dehh... akukan jadi ikutan takut nihhh “ kata Merry yang mulai ikut ketakutan.  
Merry pun membuka Peta itu, tepatnya ia menyamakan lokasi. “ gues, coba lihat disini “ panggil Merry, teman – temannya pun menghampirinya “ ada apa Mer ? “ tanya Dimas “ di peta ini tertera, bahwa disini maksud peta ini “
“ serius Mer “
Angguknya mengatakan “ iya aku serius, coba lihat saja “ menyodorkan Peta itu pada Dimas. “ kita mencari petunjuk selanjutnya, pasti ada titik temunya “ ngguk teman – teman, bergegas menyusuri ruangan pada setiap rumah.
Tanpa sengaja Dimas menemukan sebuah kotak yang terletas di bagian meja pojok sebelah kanannya. Sementara teman lainnya sedang berada di ruangan berbeda. Rumah itu begitu berantakan. Tempat begitu lama tak berpenghuni. Giant yang sibuk mengotak atik, membongkar sana sini, sekilas melihat ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh.
“ siapa ? “ berjalan mendekati jendela “ nggak ada siapa – siapa, mungkin hanya kucing saja “ kembali menari petunjuk selanjutnya. Kembali terdengar suara, lalu mencari asal suara tesebut. “ siapa sihh... !!!“ ujar Giant kesal.
“ woi ... siapa kamu keluar kalau berani “ tegasnya. Tiba – tiba semua teman – teman keluar “ ada apaan Giant, kenapa kamu teriak  histeris seperti itu ? “ heran melihat tingkah Giant. “ tadi ada orang, aku hanya melihatnya sekilas, seperti bayangan begitu “ kata Giant.
  “ palingan itu Cuma perasaan kamu saja Giant, aku rasa lagi lapar ini, pengen istirahat juga. Lebih baik kita duduk disana saja “ ajak Merry pada Giant. Giant pun menuruti, sambil berjalan mengkutinya dari belakang. “ enak juga pemandangannya bila di hutan, udara masih segar banget “ raut senyum giant pada Merry, ia balas kembali senyuman itu. Lalu membuka tas seperti mencari sesuatu.
“ nah ... ini dia bekalnya...” sambil membuka kotak. “ bagi donk “ sahut Giant. “ wahhh enak banget nihh, kamu yang buat yaa ? “ tanya Giant lagi. “ iya aku yang buat “ seketika Giant mengambil sandwich.
Sementara Dimas, Albert, Dony, masih berada di dalam rumah. Mencari petunjuk selanjutnya. Dony menemukan sebuah buku kuno. Ia mengusap, dan membersihkannya “ ini buku apaan ini, sepertinya ini buku kuno dehh. Aku harus memberitahu Dimas, Dony. Ia bergegas keluar dari ruangan kamar dan bertemu Dimas dan Albert. “ mumpung kalian berada di sini, ada yang ingin aku perlihatkan, aku dapat buku ini, aku menemukan di kamar. Aku tidak itu buku apa dan terlihat kuno “ sambil menyodorkan buku tersebut pada Dimas. Dimas mulai ingin membuka tapi melihat kedua teman yang lain “ Giant dan Merry kemana ? “ tanya Dimas. Mereka mengangkat bahunya.
“ mendingan kita cari di luar saja, mungkin mereka berada disana “
“ oke kamu benar, yukkk “. Mereka pergi mencari Giant dan Merry. Menoleh kearah kanannnya, seketika melihat Giant dan Merry sedang asik duduk sambil makan “ Nah itu mereka, kesana yukk “ sambil menunjuk, lalu menghampiri mereka. “ dari tadi kita cari, ternyata kalian berada di sini “ sahut Dimas, “ kalian makan apa sihh, bagi dong “ merebut makanan Giant “ tenang masih banyak keles “ seketika Dony mengambil dari genggaman Merry “ Dony... bagi napa, pengen juga “. “ apaan sih kalian berdua makanan aja pakai rebutan nanti aku buatin lebih banyak lagi “ sahut Merry “ bener itu, aku tunggu lo janjimu “ kata Dimas. “ astaga lahap banget makannnya nihh bocah “ kata Giant menepuk pundak Albert.
Angguknya sambil mengunyah sandwich. Inilah kebersamaan mereka di tengah hutan, persahabatan begitu terjalin antara mereka. Setelah mereka selesai makan, mereka duduk membentuk bundaran. “ ada yang aku ceritakan pada kalian ten --- “ potong Giant “ cerita apa penasaran, tapi aku juga ingin cerita sesuatu pada kalian. Kamu dulu dehh yang mulai, emangnya ada apaan, seperti serius begitu “ Giant panjang lebar. “ makanya dengar dulu, baru aku mau cerita kamu potong aja “ kata Dimas “ apa sihh pisau kali kalau mau memotong “ canda Giant kesal.
“ kan begini, tadi Dony menemukan buku kuno ini “ sambil menunjukkan keempat sahabatnya, seketika Giant mengambilnya “ buku apaan ini... kuno banget “ memperhatikan membolak balik buku itu.
Giant mulai membuka, ia melihat ada sinar keluar dari buku tersebut. Hingga mereka terhisap masuk kedalam buku tersebut. “ ahhhhhh ahhhhh ahhhh “ teriak mereka saat terhisap oleh buku itu. Hingga akhirnya mereka berada di suatu tempat, entah tahu dimana tempat itu. Jatuh bersamaan, lalu mereka segera bangun, “ ini dimana sihhh “ kata Giant melirik sana sini.
Pemandangan alam begitu indah. Suasana danau yang luas, di tambah lagi dengan rindangnya pepohonan tinggi. Membuat suasana semakin nyaman. Terpancar senyum indah di muka Merry saat kali pertama menatap indahnya alam yang mereka belum temui. Sektika datang seorang lelaki tua, yang memakai pakaian prajurit. Dan mengatakan pada mereka “ kalian adalah pendekar terpilih “ dengan tampang heran melihat lelaki tua itu mengatakannya. “ kamu siapa ? “ tanya Dimas. “ Namaku Otanni dari kerajaan Sinanja, sekarang kalian ikut aku ke kerajaan. Karena raja sedang menunggu kalian. Silahkan  Anak Muda “ akhirnya mereka berlima mengikuti Otanni untuk menuju sebuah kerajaan. Kerajaan begitu luas, mereka dijalan bercengrama tentang apa yang terjadi di kerjaan itu. “ jadi begitulah kejadiannya Anak Muda, kini Raja kehilangan seorang yang sangat ia sayangi yaitu anak bungsunya “ kata Otanni sambil berjalan.
“ kita sudah sampai di kerjaan Sinanja “ lanjutnya sambil memeperlihatkan pada Lima Pemuda itu. Mereka terdecak kagum saat melihatnya. Pemandangan yang indah, halaman kerajaan yang begitu tertata rapi. Prajurit yang berjaga – jaga di setiap sudut.
Berjalan masuk, sementara Giant ia sibuk dengan kamera digitalnya. Dengan tingkah konyol Giant selfie bersama para prajurit, sehingga prajurit itu heran melihatnya “ Benda apa ini, kenapa ada lampunya “ tanya salah satu prajurit “ ehhh dasar norak, ini camera kali “ kata Giant motret sana sini, sementara itu lainnya berjalan memasuki. Kerajaan yang luas, setiap ruangan di jaga dengan dua prajurit.
Semua bernuansa kolosal, kini mereka sampai di ruang kerajaan. Raja yang sedang duduk di tempatnya. Seketika Otanni duduk bersimpuh di hadapan Sang Raja Giro “ ampun hamba Raja “, “ ini om Otanni lagi ngapain, kok sujud gitu “ bisik Giant ke telinga Albert. Albert hanya mengangkat kedua tangannya berkata “ nggak tahu “
“ siapa mereka Otanni ? “ tanya Raja Pada Otanni, “ mereka adalah kelima pemuda dari kota, dan mereka adalah pendekar terpilih yang akan membantu kita, mencari Putri Mora “ jelas Otanni pada Sang Raja Giro. Raja memanggil salah satu prajuritnya “ Tolong kamu persiapkan lima kamar khusus untuk tamu kita ini “ tegas Raja Giro pada salah satu prajuritnya. “ Siap Tuan Raja “ setelah ia bersimpuh ia prajurit itu pergi.
“ siapa nama kalian “ tanya Raja
“ namaku Dimas “
“ aku Albert “
“ Dony “
“ Merry “
“ dan aku yang imut, yang comel lucu namaku Giant “ sambil bergaya aneh di hadapan Raja Giro, membuat Raja Giro tertawa kecil, menunduk.
“ kalian silahkan istirahat, di tempat yang telah di siapkan “ kata Raja Giro
“ iya Raja terima kasih “ lalu bergegas pergi meninggalkan ruangan pertemuan Raja, Giant kembali menjahili salah satu prajurit membuat prajurit merasa kesal. Mereka sekarang berada di kamar. Albert masih tak percaya akan semua ini. Ia pun berbaring di kasur.
Dimas cs yang hanya menyimpan ranselnya lalu pergi meninggalkan kamarnya. Karena penasaran, ia berjalan di taman kerjaan. sehingga ia akhirnya bertemu dengan Putri cantik. Ia menghampirinya, seketika perempuan itu menoleh kearahnya dan kaget “ siapa kamu ? “ tanya perempuan itu. “ aku Dimas “ kata ia mengulurkan tangannya. Perempuan itu membalas sapaan dari Dimas.
“ tamannya indah, seindah kamu “ gombal Dimas pada perempuan itu “ ada yang lupa !!! “ lanjutnya berkata sambil menggaruk kepala yang tak gatal “ apa ? “ tanyanya “ namamu siapa ? “ senyum pilu “ Namaku Salsa “ jawabnya singkat. Lalu mereka duduk di bangku besi yang bercat putih. Langit biru yang di di hiasi oleh awan di lengkapi dengan matahari, hembusana ingin yang semakin melengkapi. Serta taman hijau, kicauan burung menambah suasana.
 Giant berajalan bersama Merry mengelilingi kerajaan, tanpa sengaja Giant melihat Dimas bersama dengan seseorang “ ada apa Giant ? “ langkah Merry terhenti “ itu si Dimas lagi sama siapa, akrab begitu “ Giant yang bertanya – tanya “ Mana ? “ Merry melirik kesana mencari apa yang dilihat oleh Giant. “ Dimas, dengan siapa dia ? “ seketika melihat “ Giant kita kesana saja “ ajak Merry “ boleh, yukk “.
Berjalan menghampiri Dimas, “ Dimas..... “ teriak Merry
“ Mer, Giant.... ngapain kalian disini ? “
“ seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini. Sama cewe lagi “ sewotnya.
Perempuan yang berkulit putih, seperti boneka poerselen, yang memakai gaun, putih. Sedangkan Merry yang terlihat tomboy. Memakai topi dan jacket hitam perpaduan antara hitam biru, celana jean biru dan sepatu hitam,berkulit putih. “ mereka siapa Dim “ tanya Salsa Lembut. “ mereka adalah sahabatku “ lanjutnya “ Merry dan sebelahnya lagi Giant “ sambil berjabat tangan.
Lalu mereka mengobrol kembali sambil tertawa. Putri Salsa tidak pernah merasa bahwa ia akan memiliki teman seperti Dimas, Merry dan Giant. Karena sebelumnya Putri Salsa tidak pernah mempunyai teman, sedangkan bersama adiknya Mora saja jarang ngobrol bersama. Salsa di kenal pendiam, berbicara pun paling seperlunya.
“ kami sudah tahu, kalau adikmu yang bernama Mora... hilang yaa “ langsung ke topik. “ iya Mora saat itu --- “ diam sesaat, lalu ia menceritakan kembali. Salsa menangis terseduh – seduh. “ kamu tidak usah melanjutnya lagi “ cemas Dimas. “ iya Dimas benar “ suasana semakin hening.
Dimas menenangkan Salsa, “ kami akan membantu, tenang saja “. Senyum Merry menatapnya dalam “ iya... kami semua akan membantumu, dan menjadi sahabatmu “ menggegam tangan Salsa. Senyum tipis hingga memeluk Merry erat lalu berkata “ makasih yaa “. Angguknya.
Berada di sebuah lapangan yang begitu luas, Raja yang di kawal dengan kedua prajurit, serta penasehatnya. “ aku menyuruh kalian berkumpul disini, untuk memberikan sesuatu pada kalian “ kata Raja Giro sambil berjalan. “ apa itu Raja ? “ tanya Dony penasaran. “ prajurit berikan koper itu pada mereka “ prajurit itu memberikan satu persatu pada kelima pemuda itu.
“ silahkan kalian membukanya “ perintah Raja pada mereka. Merry, Dony, Albert, Dimas, dan Giant. Heran melihat isi koper mereka. “ barang – barang ini untuk apa ? “ Dimas yang bertanya – tanya. Isi koper itu adalah sebuah baju pendekar, serta senjatanya, seperti tombak, panah, ank panah. “ satu lagi kalian akan berlatih kumpu, serta silat “ tegasnya.
Mereka pun segara ke kamar dan berganti pakaian. Mereka mengenakan pakaian pendekar, berada di kamar masing – masing berada di hadapan cermin lalu merapikan “ ternyata pakai baju pendekar keren juga “ Gumamnya menatap wajahnya ke cermin.
Mereka keluar secara bersamaan, melihat satu sama lain. “ Mer... cantik banget kamu pakai baju begitu “ puji Dimas. “ makasih .... kamu juga kelihatan keren “ balasnya. Giant yang seakan tak mau kalah, dia pun menajihilinya dengan suara batuk “ hmmmm hmmmm “. “ kenapa kamu.... ? “ Albert yang mendengus seakan memberi kode.
Tiba – tiba prajurit datang menghampiri mereka lalu berkata “ Tuan – Tuan, Raja Giro memerintahku untuk memanggil kalian “ pinta prajurit, angguk mereka, dan bergegas menuju lapangan. Mereka berjejer, siap tegap. Mereka di ajak ketempat latihan tertentu. Pertama mereka di ajak ke tempat kumpu, tempatnya yang begitu luas, “ disinilah tempat kalian berlatih “ kata Sang Raja menujukkan. Lanjutnya mereka berjalan sambil berbincang – bincang.
Kini mereka berada di tempat pelatihan silat dan berlanjut  ke tempat latihan panah. Dimas, Albert, Dony, Merry, dan Giant. Mereka di berikan pelatihan khusus oleh para pelatih. Setelah itu Raja kembali keruangannnya, bersama pengawal dan penasehatnya. Dimas cs dan lainnya siap berlatih. Hari pertama mereka berlatih dengan latihan dasar. Hari demi hari, minggu ke minggu hingga akhirnya mereka di beri pilihan untuk mendalami sesuai dengan keinginan mereka masing – masing.
Dimas, Giant mereka memilih memanah, Albert, Merry menyukai silat, sedangkan Dony lebih memilih kumpu. Mereka berlatih sekuat tenaga. Di sela – sela Dimas yang sedang berlatih memanah bersama Giant, dari arah kejauhan Salsa melihatnya, ia berdiri tepat di belakangnya kurang lebih tiga meter darinya. Tanpa sengaja Dimas menoleh “ hey.... sudah dari tadi sini “ gumamnya. “ baru saja, ini buatmu “ menyodorkan sebotol air minum “ makasih.... “ senyumnya lalu meminum kerena kehausan.
“ bagaimana latihanmu ? “ tanya Salsa “ yahhh lumayan bisa “ tanpa sengaja Salsa memegang tangan Dimas erat “ aku yakin kamu bisa Dim “ Dimas yang melihat, senyum sipu Salsa padanya.
Merry yang datang, seketika ia melihat kejadian di itu, muka berubah menjadi murung dan meninggalkan mereka. “ Merry sebentar banget, aku kira kamu mau ke tempat latihan Dimas “ kata Albert. “ nggak jadi “ kata Merry singkat.
“ dia lagi bersama Salsa, aku nggak mau ganggu mereka “ lanjutnya
“ aku tau, kamu cemburu kan “ tebaknya  
“ apaan sihh, cemburu nggaklah “ tegasnya Merry
“ kok nyolot sihhh, tuhhh mukanya merah seperti itu “ Albert memperhatikan tingkah Merry. * sebenarnya cemburu sihh, aku juga bingung ada apa dengan diriku ini * dalam hati Merry berkata. “ woi jangan melamun.... fokus ... fokus .... “ kata Albert seketika membuyarkan lamunan Merry. “ iya ... iya ... “. Mereka kembali latihan.
Bulan purnama, Raja Giro yang sedang berdiri dekat jendela, menatap bulan penuh sambil berkata “ Mora, Ayah rindu padamu. Apa kamu di sana baik – baik saja “ menunduk “ Ayah... “ panggil Salsa. Raja Giro menoleh menatap Salsa “ aku tahu Ayah pasti memikirkan keadaan Mora. Aku berusaha mencarinya “ menatap Sang Ayahnya dalam “ Ayah tahu.... pasti Ratu Partan yang menculiknya, ia juga mempunyai tempat yang begitu tak banyak di ketahui oleh kita. Mungkin Mora sedang di kurung di Hell House “ jelas Raja Giro pada anaknya. “ Hell House ? apa itu Ayah ? “ tanya Salsa penuh penasaran.
“ iya Hell House “ kata Sang Raja. Raja Giro mulai bercerita. “ aku tidak yakin kamu bisa melawannya, karena dia sangat kuat, tapi hanya ada satu kelemahannya. “ potong Salsa “ apa itu Ayah ? “ tanya Salsa lagi “ Hell House itu harus di hancurkan dengan Panah Emas, hanya itu satu – satunya cara “ jelas Sang Raja di hadapan Putrinya.
Dimas berada di puncak menara, ia sedang duduk sambil menatap bulan purnama. Melihat pemandangan dari atas. Begitu indah dalam hati ia berfikir * kenapa Merry tak pernah peka, dan sedangkan ada seorang putri kerajaan yang dekat padak. Aku bimbang ... dengan perasaanku ini * menggeleng kepala.
Hembusan angin membawa suasana semakin dingin menembus dalam diri. Tak lagi ia juga perasaan bimbang. “ Dimas ... “ panggil Salsa. Dimas menoleh “ kamu sedang apa disini ? “ tanya Salsa “ hmmmm sedang duduk cari angin, bosan di kamar terus. Jadi aku kesini. Ada apa Sal ? “ tanya Dimas balik. “ ada mesti aku ceritakan, penting... ini tentang Mora “ jawab Salsa. “ kelihatannya serius banget “ kata Dimas penasaran. Salsa yang memulai ceritanya. Panjang lebar ia menceritakan seluk beluk mulai dari kerajaan hingga hilangnya Mora adikknya “ begitu ceritanya “.
“ kita bisa melawan mereka, melawan Ratu Partan yang jahat itu. Dengan kekuatan kita. “ menatap dalam, saling bertatapan, Salsa balas dengan senyum pilu. Angguknya. Mereka duduk menatap langit biru malam, yang indah. Giant dikamar ia sedang sibuk memainkan Gaggetnya, berfose berbagai gaya, dengan tingkah aneh. Tanpa sengaja salah satu prajurit kerajaan sedang berjaga. Tanpa sengaja ia melihat tingkah Giant. Mata melongok heran, “ ini anak sedang apa yaa. Aku buka saja “  kaget Giant “ hey ada pak prajurit. Sedang apa pak kok berdiri situ “ ledek Giant. “ anak aneh “ lalu pergi meninggalkan begitu saja tanpa menutup pintu kembali “ apa sihh pak prajurit... main pergi saja “ kesal Giant.
“ Giant, sedang apa, kenapa muka kesal begitu “ berjalan menghampiri, lalu melihat tingkah aneh “ biasa sedang abadikan moment, mau ikut juga “ ajak Giant “ gak ahh lagi malas saja... “ sambil membaringkan badannya ke kasur “ sebentar aku lihat dulu, mukamu kenapa ? kok di tekuk begitu. Ada masalah yaa ? “ tanya Giant bertubi – tubi “ tidak... keluar yuk bosan kali di kamar terus “ ajak Merry.  
“ ini sudah tengah malam Mer, kamu mau ngapain di luar. Nggak baik kali anak perempuan keluar kena angin malam. Balik sana kekamarmu “ ketus Giant. “ apalagi kita mau latihan lagi besok “ lanjut Giant berkata dan Merry menurutinya “ iya dehh, aku kembali dulu dehh “ berjalan menuju keluar.
Keluar dari kamar Giant, melihat Dimas sedang bersama Salsa berjalan menghampiri kamar. “ hey... “ sapa Merry kepada mereka berdua. “ hey Mer...Salsa aku masuk dulu yaa “ angguknya mereka, memasang senyum lebar. “ Sal ... aku masuk juga sudah ngantuk “ kata Merry bergegas masuk kamarnya.
Hampir kesekian kalinya Merry memergoki Dimas bersama Salsa. Hati Merry merasakan kecemburuan yang berkecamuk, tapi ia hanya memendamnya. Di pagi ia berdiri di menara untuk menghilangkan rasa penatnya, “ ternyata kamu di sini Mer “ kata Albert “ Mer... kamu kenapa Akhir – akhir ini sering murung, ada masalah cerita dong “ sambung Dony. Berjalan menghampiri Merry. Albert yang merangkul Merry. Mereka tertawa lepas. “ kita pergi latihan yukk “ ajaknya, kini mereka pergi latihan.
Tiba saatnya mereka berkumpul di lapangan, di beri pengarahan oleh Raja Giro, Raja berdiri di hadapan mereka berlima, “ kalian berkumpul disini, karena hari ini kalian juga harus bersiap melawan Ratu Partan, menghancurkan Hell house. Karena menurut informasi di sana Putri saya Mora di kurung. Dan kalian akan di bantu oleh putri sulung saya bernama Salsa “ jelas Raja Giro.
“ maaf Yah, aku telat datang “ Salsa menghamiri berdiri tegap di samping Dimas. “ ia tidak apa – apa, lain kali tidak boleh telat lagi “ tegasnya “ iya Yah “ kata Salsa sigap.
“ sekarang kalian berangkat, kalian hati – hati di sana. Jaga diri kalian “ kata Raja Giro. Mereka berangkat menggunakan kuda kerajaan. Dimas menunggangi kuda putih, begitu juga Salsa, Merry dan lainnya menunggangi kuda coklat. “ Salsa apa kamu tahu tempatnya ? “ tanya Albert.
“ tahu.... “ jawabnya penuh senyum.
“ apakah masih jauh, aku capek nihh “ sambung Giant
“ lumayan jauh, sekitar sepuluh kilo “. Mata Giant melongo, mulut mangap. “ haaaa..... sepuluh kilo serius kamu, apa makanan sudah siap tersedia “
“ Giant .... Gaint .... Giant makan mulu kamu urusin.... “ tawa Dony, dan Albert melihat tingkah konyol.
“ sudah – sudah mendingan kita lanjutkan perjalanan, kalau masalah makanan biar aku yang tangani “ tukas Merry, lalu kembali menunggangi kuda coklatnya. “ tak pernah berubah yaa Mer, selalu begitu “ kata Dimas menggeleng.
Lalu mereka mengikuti Merry dari belakang, beberapa jam kemudian mereka sampai, “ itu tempatnya “ Salsa sambil menunjukkan tempatnya, “ melihat Rumah yang begitu keramat, “ itulah tempatnya, Ratu Partan tinggal disana, pasti di jaga ketat sama prajuritnya... jadi besok apa kamu  sudah siap... kalau masalah strategi biar kita bicarakan nanti, perjalanan kesana sekitar sepuluh kilo lagi “ jelasnya, membuat Dimas dan lain kaget.
“ haa serius kamu Sal... “ tepuk jidat Giant. “ katanya hanya sepuluh kilo saja... ternyata dua puluh kilo lebih lagi “ lanjutnya, “ payah kamu Giant, baru juga begitu “ tukas Dony meremehkan.
“ apaan sihh kalian berantem segala, pikirkan ini bagaimana cara menyelamatkan adiknya Salsa... “ tegas Merry lagi kepada kedua sahabatnya. Mereka beristirahat, kuda – kuda di ikatkan dekat mereka.
Persiapan yang lengkap, segala peralatan ada. Esok harinya mereka kembali melakukan perjalan menuju Hell House, kedatangan mereka di ketahui oleh Ratu Partan, membuat Ratu Partan seketika marah dan membuat berbagai penghalang. “ sebentar Dimas “ terhenti “ ada apa Sal ? “ Dimas penuh tanya. “ lihat itu, ada yang menghalangi kita, itu pasti anak buah Ratu jahat itu “ pikir Salsa.
Kemudian para prajurit Ratu Partan muncul seketika, Dony turun dari kuda, begitu juga Merry, dan Albert. Mengambil ancang – ancang, mereka saling serang. Tanpa di ketahui Salsa dan Dimas cs, kedatangan Otanni selaku komando prajurit dengan membawa prajurit. “ terima kasih Otanni sudah membantu kami “ senyum Salsa “ itu sudah kewajibanku Putri “ menunduk memegang tangan di bagian dadanya.
Dan akhirnya setelah mereka lolos dari beberapa ancaman. Kini tepat depan Hell House. Rumah yang begitu seram, “ hey Ratu Partan, jangan jadi pecundang kamu, keluar “ teriak Giant meledeknya. “ hey aku ada disini “ teriak Mora minta pertolongan. Di dalam kurungan Mora berada.
Tanpa pantang menyerah mereka menghambisi Ratu Partan, dengan segala kekuatan di satukan. Akhirnya satu panah emas yang meluncur tepat pada rumah tersebut. Hancur seketika. Hingga semua hancur lebur, Mora  selamat dari kekejaman Ratu Partan. “ Mora ... “ panggil Salsa, memeluk adiknya penuh kasih sayang.
“ kakak akhirnya datang menolongku, makasih kak “ memeluk erat. Semua begitu haru. Kini mereka kembali kekerajaan dengan membawa pulang Mora. Raja Giro begitu senang, saat melihat sang Putri bungsunya kembali. Raja Giro membuat sebuah pesta atas kembalinya Mora. Semua ceria, rakyat yang begitu gembira. “ petualangan yang begitu menyenangkan sekaligus menegangkan, tapi semua berakhir dengan keceriaan. Dan teka – teki dari kertas misterius sudah. Kini mereka kembali.

TAMAT



Thursday, February 9, 2017

 Cerpen
Holiday With You Love
Hari pertama liburan, rasanya masih ingin tidur dengan lelap.  Aku yang beranjak dari pembaringanku. Membuka jendela melihat matahari yang mulai naik, mataku sedikit memicing.  Badanku yang pegal setelah menempuh perjalanan jauh. Melihat alam sekitar begitu indah.  Melihat jam sudah pukul setengah delapan. Saatnya aku mandi, besiap – siap lalu bergegas pergi. Beberapa jam kemudian aku sudah selesai. Aku yang mengambil kunci mobil, lalu bergegas keluar.  
“ mendingan aku ke pantai “ pikirku “ aku telpon saja Ranty, moga aja dia bisa temanin aku hari ini, tapi --- ahh telepon aja deh“ kataku sambil mencari no. Ponsel Ranty.
“ hallo “ sapaku
“ iya, siapa yaa ? “ tanyanya balik “ masa lupa sihh!!! ini aku Jym”
“ iya maaf Jym abis nomor baru ... kenapa Jym, ada apa ? kapan kamu datang dari Bandung? “ katanya
“ hehehehe .... kemarin, iya aku mau ke rumahmu nihh jemput kamu gitu, pergi jalan yukk “ ajakku. “ iya boleh, tapi aku siap – siap dulu ya “ katanya antusias. Setelah menutup telepon aku menancap gas menuju rumah Ranty. Beberapa menit kemudian aku sampai. Rumah yang luas. Seketika satpamnya membuka pintu gerbang dan mempersilahkan untuk masuk.
Aku langsung memencep tombol bel yang melekat pada dinding dekat pintu. Seketika Mama Ranty membuka “ hee Jym... silahkan masuk “ ia mempersilahkan masuk “ Rantynya ada Tante ? “ tanyaku. “ Bibi ... tolong panggil Ranty... bilang ada Jym di bawah sekarang lagi menunggu “ ujarnya sektika. Bibi pun mengangguk, menuruti perkataan majikannya.
“ hee Bibi ... kenapa Bi ? “ tanyaku
“ Non lagi di tunggu sama Aden Jym dia sekarang ada di bawah menunggu “ kata Bibi yang merunduk dan melanjutkan perkerjaan lainnya.
“ iya... makasih “ tersenyum dan bergegas turun dari tangga. “ hey Jym … “ sambutnya penuh senyuman “ maaf membuatmu lama menunggu “ lanjutnya berkata “ iya nggak apa – apa kok “ kataku beranjak dari sofa. “ Mamamu mana, mau pamitan dulu “ kataku celingak celinguk. “ itu di sana lagi siram tanaman “ menunjuk kearah luar.  “ yuk kesana “ kataku sambil berjalan menghampiri Mamanya “ Tante … aku sama Ranty mau pergi dulu yaa “ kataku sambil minta izin “ iya… hati – hati yaa “ sambil memberi salam.
Menyalakan mesin dan menancap gas “ kamu libur ya, terus bagaimana Cafemu. ? “ tanyanya “ iya aku libur, ya aku menyuruhnya mengurus Cafe itu selama aku libur “ jelasku padanya “ kalau ada waktu, aku jalan ke Cafe kamu bolehkan ? “ tanyanya sambil menatapku “ boleh saja ... kapan pun kamu mau “ seruku.
Sepanjang perjalanan aku, keseruan aku berbincang – bincang dengannya.  Ranty adalah sosok perempuan yang penuh senyum, dia periang, bawel dan selalu membuatku tertawa.  “ sudah sampai yuk turun “ aku pun, turun dari mobil. “ pantai nya indah ya “ kataku sambil melirih.  “ iya sejuk banget “ ujarnya menghembuskan nafas panjang.  Aku mengajaknya berjalan menyusuri pantai.
Pantai yang begitu indah dengan alam, hembusan angin yang menusuk kedalam, Bermain air, berlari. Berada di panatai yang luas, Seketika aku menabrak seseorang perempuan, berambut lurus, kulit putih seperti boneka porselen. Aku kaget saat melihatnya “ woi pelan – pelan dong kalau jalan, pakai mata nggak sihh “ kata perempuan kesal melihatku. Aku menoleh kearahnya, membuka kacamata yang ku kenakan. “ Anne ... kamu ngapain kesini, bukannya kamu masih di bandung ya ? “ kataku menatapnya heran. “ Jym ... kamu ada disini juga “ pertemuan terjadi. Membuat Ranty heran melihatnya mereka secara bergantian “ Jym dia siapa ? “ tanya Ranty padaku. “ hmm kenalin Ranty, ini Anne sahabat aku, Anne ini Ranty yang pernah aku ceritain sama kamu “ lalu mereka berjabat tangan. Memberikan senyum.
“ mendingan kita ngobrol di sana yuk “ menunjuk tempat duduk, berteduh dari sinar matahari. “ kapan kamu datang dari bandung ? datang nggak bilang – bilang dulu ?  bagaimana pacarmu Erick ? “ tanyaku bertubi – tubi “ aku jawab satu – satu ya Jym “ anggukku ia pun juga melanjutkan pembicaraannya “ kemarin aku sampainya, maaf ya Jym aku nggak bilang sama kamu, ya kemarin juga buru – buru, kalau Erick, dia masih sibuk dengan pekerjaannya, apalagi dia mau ke australia lanjut Studynya di sana “ jelas Anne.
“ lalu kamu ngapain disini, kamu belum jawab perntanyaanku “ tanyanya
“ aku disini, liburan “ kataku singkat
“ terus... hmmm cari pacar sana. Nggak bosen sendiri terus “ kagetku saat Anne melontarkan kata itu
“ apaan sihh Anne... lagi nyari tapi blom ada yang cocok “ nyengir
“ ohh gitu ... aku kira yang di sampingmu “ sontak aku yang salah tingkah
“ aku... kok aku... nggaklah aku sama ini cowo tengil ini hanya temanan saja, nggak lebih “ jawab ia melirih padaku.  “ tapi aku perhatikan kalian berdua itu cocok lohh “. Kata Anne
Kecokan aku dan Ranty membuat Anne tertawa lepas. Paling bisa ya, Ranty ini membuat terpingkal – pingkal. Seketika aku mendengar suara, aku mencari asal suara itu “ kamu lapar ya “ kataku, ia memegang perutnya “ i iya “ kami beranjak dari bangku berjalan mencari cafe dekat pantai.  Berjalan sambil ngobrol itu hal yang tak biasa aku lakukan berasama kedua sahabatku.
Ranty mengangkat telepon dari seseorang entah itu siapa, dalam hati aku berkata * apakah Ranty udah punya pacar *. Lamunanku di buyar “ ahhh apa? “ kataku kebingungan “ kamu nggak dengar yang kubicarakan “ kamu melamun ya, pantes aja “ kesalnya sambil melipat kedua tangannya. “ Ranty telpon dari siapa ? “ tanyaku penasaran “ dari temanku “ katanya.
Perasaan hatiku berguncang seketika, Ranty adalah sosok perempuan yang aku kagumi sejak SMP, hingga saat itu aku berpisah dengannya saat aku kuliah di Bandung. Tapi ia tak pernah peka, tetap saja ia tidak pernah mengerti. Berbalik melihat Anne sibuk dengan gadgetnya, duduk di sebuah cafe. Celingak celinguk melihat suasana cafe begitu ramai. Di padati oleh pengunjung.
Pelayan datang menghampiri kami, memberikan buku menu. “ mba stick, orange jus, itu aja. Kalau kalian apa ? “ tanyaku pada kedua sahabatku. “ aku sama ya juga “ kata Ranty “ kalau aku Risoto dan jus avocado itu saja “. Kami pun melanjutkan pembicaraan.
Melanjutkan pembicaraan yang tertunda, tapi aku merasa aneh pada diriku, setiap sekat dengan Ranty. Aku menatapnya dalam memperhatikan setiap gerak – gerik ia lakukan. Apa benar aku jatuh cinta sama Ranty, ahhh masa ia sihh. Dari setiap ketawanya, kekonyolannya. “ ehhh biasa aja kali lihat, emangnya ada yang salah denganku ? “ tanya sambil memeriksa dari atas sampai bawah “ lagi mikirin apa sihh ? “ tanyanya lagi. “ ehhh Ranty ngomong apa sih... nggak jelas, aku tidak mikirin apa – apa “ aku yang salah tingkah di hadapannya.
“ ehhh Jym biasa aja kali, ahh apa jangan jangan kamu suka benaran sama Ranty ... ayo ... ayo ngaku “  ia terus memaksaku untuk mengaku padanya. “ nahh makanan sudah datang juga “ aku yang mengalihkan topik pembicaraan. Pelayan menyiap sajikan di atas meja.
Kami pun makan bersama, sambil mengobrol. Setelah berlalu, aku berada di rumah, tepatnya di kamar. Badan yang aku lemparkan di atas kasur, sambil mengingat kebersamaanku dengan Ranty. Liburan pertama itu terasa menyenangkan. Rasanya masih ingin bersamanya lagi. Aku kembali membayangkannya. Berlari di pantai serta keindahan langit biru, awan yang menghiasi, serta terik matahari yang mulai naik di atas ubun. Lamunanku buyar. Seorang lelaki tinggi, putih, dengan gaya hip hopnya, memakai kalung besi putih. “ sejak kapan kamu berada disini ? “ tanyaku. “ dari tadi, kamu datang nggak bilang – bilang, bagaimana kerjaan kamu di bandung, maksudnya cafe kamu ? “ tanyanya. “ yaa .... lancar, emang kenapa ? “ tanya balik. “ nggak ... enggak ... Bro, sebentar malam aku ada acara datang nahh “ aku yang beranjak dari tempat tidur “ acara apaan ? “ tanyaku lagi “ acara gitu, tapi di Pantai Losari. – “ belum dia usai berbicara aku memotongnya “ Dance gitu, kalau begitu, aku ikutan yaa “ kataku seketika dengan di hadapannya.
Malam tiba, aku sudah selesai dengan pakaian ala hip hop, dan keluar dari kamar, ku melihat di sofa Dony sedang duduk manis, menungguku. “ yuk... “ aku dan Dony bergegas pergi menggunakan mobil milikku. Beberapa saat kemudian kami pun sampai di tempat tujuan. Dari arah jauh aku melihat, segerombolan anak mudah. Yang begitu ramai bersorak, menikmati alam pantai. Aku dan Dony menghampiri mereka. Musik mulai, lengkap dengan Dj yang di pandukan secara bersamaan “ hey Man ... “ sapa Dony pada teman – teman crewnya.
Mereka membentuk sebuah formasi Dance, mereka mengikuti sesuatu lagu. Dengan lincahnya. Sampai – sampai Dony mengajakku untuk Battle bersama mereka.
“ Jym ... aku ingin kita Battle “ sahut Dony menantangku
“ oke... “ kataku tak mau kalah.
Sudah lama aku tidak Dance, saat aku mendengar alunan music, memberikan kode satu sama lainnya. Melangkah kedepan, menggerakkan tubuh seraya mengikuti alunan lagu, menciptakan gerakan yang indah. Tak lama Dony yang maju, aku berdiri di hadapannya, melihat gerakan, dengan lenturnya. Semua yang menonton memberikan tepukan padaku dan Dony, malam ini semakin meriah, sorak teriakan dari para Crew Dance. “ Bro gimana Dance Communityku “ kata terkekeh sambil merangkulku. “ keren, juga... “ jawabku tertawa di melepas indahnya di malam pantai.
Aku berdiri di tepi pantai menikmati hembusan angin yang menusuk kedalam. Tanpa sengaja aku melihat perempuan bersama seorang pria berjaket hitam memakai celana jeans. Ku mengamati dari kejauahan, seperti aku mengenalnya, tapi siapa lelaki itu ? hati bertanya – tanya “ Bro kamu lihatin siapa Sihhh “ kata Dony celingak celinguk. “ nggak kok, nggak ada siapa – siapa “ kataku. “ hee Don... kapan – kapan kamu ke bandung ya “ pintaku, “ nantilah, aku pasti kesana “ ia tertawa lepas menikmati indahnya malam. “ Don, bagaimana kuliahmu ? “ tanyaku lagi “ kalau kuliah sihh, lancar – lancar aja, saat ini aku sedang libur “. “ ohh ya, kalau begitu kita ke Malino saja, aku ingin kesana “ pintaku, Dony mengiyakannya.
Terdengar suara tangisan, dari kejauhan aku melihat pelihat perempuan itu menangis terseduh- seduh. Aku meninggalkan Dony segera menghampiri perempuan itu. Tanpa sedari Dony berlari mengikuti dari belakang. Seketika aku memukuli lelaki itu berkata “ jangan sekali kamu kasar sama perempuan “ tegasku. Lelaki pergi meninggalkan kami, dengan muka marah. Kudekati perempuan, kaget aku melihatnya “ Ranty... “, aku memeluknya erat.
Mencoba menenangkan, “ apa kamu baik – baik saja dan siapa lelaki itu ? “ kataku menyakan keadaannya “ aku nggak apa – apa Jym, dia adalah Mantanku “ katanya sambil mengusapkan tisu pada wajahnya. Matanya sebab. “ aku akan antar kamu pulang “. Aku dan Dony mengantar Ranty pulang ke rumahnya. Di perjalanan ia masih saja murung. “ Ran, aku besok mau ke Malino, apa kamu mau ikut ? “ ajakku padanya. “ iya, aku mau “ senyum tipis padaku.
Sampai di rumah Ranty “ besok pagi aku jemput kamu yaa “ senyum lebar.
Hari kedua
Aku berada di depan cermin menatap diriku, memperbaiki rambut yang berantakan, karena saat ini aku gondrong. Baju sedikit aku rapikan. Semua pakaian sudah aku kemas – kemas. Mengenakan kacamata, saatnya berangkat. Ranty masih berada di rumah menunggu Jym datang menjemputnya. Terdengar suara dering Handphone, menatap di layar tertera nama Jym, “ hallo Ran... sekarang aku menuju kesana bersama dengan Dony, dia juga ikut “ angguknya lalu menutup telepon.
Berada di depan pintu, memencet tombol bell, membuka pintu “ hey... apa sudah siap “ senyum lalu menyuruh Dony mengangkat barang – barang Ranty “ angkat itu “ Dony menuruti perintahku. “ Jym ... “ sapa Mama Ranty “ Tante... aku ingin ajak Ranty... refresing “ angguknya “ boleh ... tapi ingat jaga Ranty baik – baik “ tegasku hormat di hadapan Mama Ranty “ siap Tante... “ kami pun pamit, menuju mobil. Dan pergi.
Di perjalanan sesekali aku menoleh melihatnya, wajah itu tampak indah, memandangnya dekat. Masih terlihat murung, mungkin ia masih memikirkan kejadian kemarin malam. “ kamu kenapa ? apakah kamu masih memikirkan kejadian semalam ? “ tanyaku, aku yang mengelus – elus kepalanya “ apa sihh Jym, aku nggak apa – apa “ katanya lembut.
Aku melihat di kaca, Dony tampak asik dengan gadgetnya, lengkap juga headphone yang terpasang di kepalanya. Mobil yang melaju kecepatan tinggi. Dua jam kemudian kami pun sampai di villa, tempat kami menginap. Aku memakirkan mobilku tepat depan.
Begitu hijau, aku merasakan dingin yang menusuk kedalam. Awan embun menambah suasana semakin dingin. Setelah aku, Ranty dan Dony beranjak pergi ke kebun teh. Alam begitu indah, aku menghembuskan nafaas panjangku, merentangkan kedua tanganku, begitu indahnya alam, pepohonan hijau, burung berkicau.
Aku sangat senang bila melihatnya tersenyum lagi, “ Jym kita kesana yuk “ ajaknya “ oke ... “ sambil mengikutinya dari belakang. “ Don ... kamera aku mana ? “ tanyaku “ ini Jym... “ menyodorkan kamera digital kearahku. Dari kejauhan ku melihatnya berlari menyusuri kebun teh. Tampak juga ada pekerja teh, yang amat sibuk memetik teh. Aku juga mengikuti sambil mengambil gambar pemandangan amat indah.
Petualangan tak hanya sampai di kebun teh saja, aku berlanjut pergi di sebuah pohon pinus, begitu banyak pengunjung di sana, destinasi alam begitu sejuk. Aku mengambil gambar sana sini. “ Jym fotret aku dong “ pinta Dony, yang sedang menunggangi sebuah kuda putih. “ cekrekkk “ bunyi camera mengambil gambar. Aku dan Ranty tak mau kalah dari Dony, kami beriringan berjalan menunggangi kuda, di pandu oleh si pemilik kuda tersebut.
Begitu ramainya, melihat jejeran motor yang terparkir tepat pada tepi jalan, dan di sebelahnya terdapat sebuah jajanan atau ole – ole, “ Jym mau coba Ten teng ? “ tanyanya “ Ten teng apaan ? “ tanyaku datar. “ Jym kamu belum pernah coba Ten teng, enak kali “ Dony menambahkan.
Ranty menyodorkan aku sebuah kemasan sederhana “ ini Ten tengnya, coba aja “ ia pun memberi beberapa bungkus Ten – teng. Aku membuka satu, kemasan bulat, rapi. Mengigit, lalu mengunyahnya, aku mengngguk tersenyum “ gimana enak nggak “ tanyanya lagi “ enak ... rasa gula merah, lengkap kacangnya begitu gurih, boleh ini buat aku “ kataku minta izin. Senyum lebar.  “ boleh, pernah minum sarabba nggak “ kata Ranty menawarkan “ Sarabba, semacam minuman atau makanan ? “ tanyaku penasaran. “ minumanlah... enak kali, segar dehh “ katanya.
Petualangan liburan bersama Ranty dan Dony, sungguh sangat menyenangkan. “ yukk kita balik ke villa, aku dah capek nihh “ ajakku. “ yuk “ kata mereka bersamaan. Kami pun bergegas kembali ke villa
Bersambung.....